Suparjo Ramalan
Budi mengaku, struktur keuangan Hutama Karya kurang membaik. Lantaran perusahaan tiga tahun atau sejak 2020 hingga 2022 mencatatkan kerugian. Di sisi lain, manajemen juga harus memenuhi kewajiban atas bunga dan pokok utangnya.
"Kami laporkan bahwa Hutama Karya mengalami kerugian di tahun 2020, 2021, dan 2022 ini, karena kami memperhitungkan biaya bunga atas pinjaman untuk investasi di jalan tol ini, dan adanya diversifikasi beberapa ruas yang sudah beroperasi," ucap dia.
Hutama Karya mencatatkan kerugian senilai Rp4 triliun dalam 2 tahun berturut-turut. Pada 2020, total kerugian perseroan mencapai Rp2 triliun dan di 2021 membukukan rugi Rp2 triliun.
Kerugian tersebut dikonfirmasi Direktur Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) Kemenkeu, Rionald Silaban kepada Komisi XI DPR. Menurutnya, kerugian Hutama Karya disebabkan biaya operasional Jalan Tol Trans Sumatera.
