IDXChannel - PT Mandiri Capital Indonesia (MCI) menegaskan komitmennya untuk terus mendukung pertumbuhan ekosistem startup di Indonesia lewat bisnis pendanaan yang dijalankannya.
Komitmen tersebut bahkan tak goyah meski aktivitas sosial dan ekonomi nasional kini telah mulai memasuki momen tahun politik, seiring bakal digelarnya Pemilihan Legislatif (Pileg) dan Pemilihan Presiden (Pilpres) secara serentak pada 2024 mendatang.
Termasuk juga dengan strategi pendanaan yang dijalankan, anak usaha dari PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) yang fokus di bisnis modal ventura tersebut mengaku tidak ada perubahan yang berarti.
"Basically (strategi) tahun ini dan tahun depan (2024) kami tidak ada perubahan, yaitu tetap very selective when we do our investment. We confident that we can help them grow. Kurang lebih seperti itu," ujar Direktur Investasi MCI, Dennis Pratistha, usai peluncuran Program Mandiri Capital Indonesia-XPonent Batch 3, di Jakarta, Kamis (9/11/2023).
Dengan demikian, menurut Dennis, baik pada 2023 ini ataupun 2024 mendatang, pihaknya tetap akan menjalankan bisnis pendanaan ke para pelaku startup seperti biasa, baik itu untuk jenis investasi baru maupun follow up investment pada startup yang sebelumnya telah bekerja sama.
Terkait strategi mitigasi risiko, Dennis pun menekankan bahwa selama ini pihaknya memang senantiasa melakukan proses screening yang sangat ketat dan selektif kepada para pelaku startup calon penerima pendanaan.
"Jadi bukan karena ini (tahun politik) lalu kami lebih selektif. No, bukan gitu. Memang dalam kondisi normal pun kami juga sudah sangat selektif," tutur Dennis.
Sedangkan untuk sektor yang menjadi sasaran investasi, Dennis juga menyatakan bahwa tidak ada sektor-sektor yang secara spesifik menjadi prioritas bagi bisnis pendanaan MCI.
Lagi-lagi, Dennis menegaskan bahwa tolok ukur utama yang digunakan pihaknya adalah seberapa besar kemampuan startup tersebut dalam menghasilkan keuntungan, serta sebisa mungkin mendorong bisnis agar dapat berkelanjutan (sustainable).
"Termasuk juga soal sektor, kami tidak terlalu fokus harus ke mana, mana, gitu. Apalagi soal sektor kan ada masa-masa viralnya. Misal satu-dua tahun lalu semua bermain di kripto, blockchain, NFT dan semacamnya. Kami tidak terlalu lihat itu. Jadi bukan hanya FOMO (fear of missing out/takut merasa tertinggal). Balik lagi, kami lebih lihat soal profitabilitynya," tegas Dennis. (TSA)