IDXChannel - Industri furnitur Indonesia kian melaju secara positif dengan kinerja yang cukup memuaskan. Seperti yang tercermin dari nilai ekspor produk furnitur nasional yang menembus USD3,5 miliar pada 2021 atau naik 33% dibanding tahun sebelumnya sebesar USD1,9 miliar.
Banyak peluang yang dimiliki oleh industri furnitur Indonesia khususnya dalam mengisi pasar global. Hal ini ditunjukkan dari pengkajian Center for Industrial Studies yang memperkirakan konsumsi furnitur global tahun 2022 akan tumbuh sebesar 3,9%.
Ekspor produk furnitur di 2021 tercatat sebesar USD3,5 miliar hasil ekspor dan di tahun 2022 diproyeksikan akan mencapai nilai ekspor sebesar USD3,93 miliar. Sementara di 2023 mendatang diestimasikan meraih angka USD4,46 miliar dan 2024 dapat mencapai target USD5 miliar.
Meski begitu, industri furnitur dan kerajinan masih menghadapi berbagai tantangan seperti pandemi Covid-19 dan krisis geopolitik Rusia dan Ukraina yang mengakibatkan proses logistik berjalan tidak maksimal.
Himpunan Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) dalam hal ini mengambil peran penting dalam membangun optimisme iklim industri furnitur di Indonesia. Hal ini diwujudkannya lewat pameran IFEX 2022 yang sukses dihadiri oleh pengunjung dari 82 negara.
“Dengan kedatangan 82 negara pada pameran kami, terbaca bahwa animo pada industri kami ini sangat besar. Untuk tahun ini memang angka transaksinya belum tergambarkan secara jelas. Tetapi target yang kami dengan angka pertumbuhan 17% per tahun itu bisa terlampaui,” jelas Abdul Sobur selaku Ketua HIMKI kepada IDX Channel pada Rabu (24/8/2022).
HIMKI tengah mengejar target untuk memasuki persaingan global, berdampingan dengan negara-negara pengekspor mebel seperti China, Vietnam, dan Malaysia. Namun, Abdul mengakui permasalahan regulasi masih menjadi persoalan yang perlu dibenahi oleh pemerintah.
“Bukan persoalaan bahan baku, tetapi bagaimana pengelolaan atau tata niaga menjadi lebih fokus diberikan kepada industri hilir. Kedua, memang ada regulasi yang perlu diperbaiki sehingga bisa memiliki akselerasi untuk mengejar ketertinggalan,” kata Abdul.
Abdul menilai negara Indonesia ini jauh lebih unggul dari segi bahan baku dibandingkan dengan negara-negara lain, dan posisi Indonesia cukup diperhitungkan dalam pasar global. Namun aspek regulasi tetap menjadi yang terpenting dalam pertumbuhan industri manufaktur.
“Kita coba susun semacam grand strategic plan bersama seluruh stakeholder terkait, supaya aspek-aspek regulasi tidak saling menyandera. Karena bagian terpenting dari pertumbuhan industri manufaktur adalah regulasi,” tandasnya. (TYO)
Penulis: Ribka Christiana