sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Mengapa Data Disebut Sebagai New Oil? Bernilai dan Berisiko, Ini Penjelasannya

Economics editor Nadya Kurnia
01/12/2023 17:45 WIB
'Data is the new oil' pertama kali diucapkan oleh Clive Humby, mengacu pada pengolahan dan pemanfaatan data sebagai aset bernilai seperti minyak bumi.
Mengapa Data Disebut Sebagai New Oil? Bernilai dan Berisiko, Ini Penjelasannya. (Foto: MNC Media)
Mengapa Data Disebut Sebagai New Oil? Bernilai dan Berisiko, Ini Penjelasannya. (Foto: MNC Media)

Data pun demikian. Bukan sekali dua kali kita mendengar publik mengkhawatirkan penyalahgunaan data di kalangan perusahaan dan pemerintahan. Pelanggaran privasi menjadi kekhawatiran yang kerap dikeluhkan di masa sekarang. 

Banyak aspek kehidupan yang kini bergantung pada teknologi, mengharuskan masyarakat untuk mengunggah data pribadinya ke aplikasi dan website, dan jika pihak pengelola berniat buruk, data-data ini bisa saja bocor dan digunakan untuk tujuan-tujuan tidak baik. 

ChatGPT, kecerdasan buatan yang belakangan ini ramai diperbincangkan masyarakat dunia, adalah salah satu contoh bagaimana pemanfaatan data dapat menimbulkan kekhawatiran bagi banyak orang. 

OpenAI, perusahaan yang membangun ChatGPT, pernah dikritik habis-habisan oleh seniman digital karena menggunakan data dari karya-karya seniman yang terunggah di internet tanpa izin sebagai acuan model bagi mesin AI-nya, hingga mampu meniru gaya seni seniman tertentu.

Kini, bermunculan foto, video, bahkan konten suara yang dihasilkan oleh AI, yang dibuat dari data-data yang terunggah di internet. AI mampu memanipulasi gambar, video, dan suara menjadi mirip dengan suara dan wajah seseorang dengan ribuan data yang sudah terunggah di internet. 

Halaman : 1 2 3 4 5
Advertisement
Advertisement