IDXChannel - Penanaman Modal Asing (PMA) memainkan peran penting dalam membentuk lanskap ekonomi Asia Tenggara. Mari terus memupuk pertumbuhan dan peluang di kawasan.
Laporan World Investment Report 2023 UNCTAD, menemukan, setelah rebound yang kuat pada 2021, FDI global kembali turun 12 persen pada tahun lalu menjadi USD1,3 triliun.
Adanya krisis global yang tumpang tindih seperti perang di Ukraina, meroketnya harga pangan dan energi yang tinggi, serta tingginya inflasi dan melonjaknya utang publik membebani investasi global.
Penurunan tersebut dirasakan terutama di negara maju, di mana FDI turun sebesar 37 persen menjadi USD378 miliar.
Meski demikian, aliran investasi ke negara berkembang tumbuh sebesar 4 persen meskipun tidak merata. Dengan beberapa negara berkembang besar menarik sebagian besar investasi sementara aliran ke negara kurang berkembang menurun.
Secara khusus, investasi di Asia Tenggara sepanjang 2022 juga tercatat menggembirakan dengan Singapura menikmati pertumbuhan investasi signifikan. Negeri Singa memperoleh FDI senilai USD141,2 miliar sepanjang tahun lalu. Diikuti Indonesia di posisi ke dua dengan perolehan USD22 miliar.
Berikut adalah arus masuk FDI untuk negara-negara Asia Tenggara berdasarkan World Investment Report 2023 oleh UNCTAD:
Sebagai catatan positif, pengumuman proyek investasi hijau naik 15 persen pada tahun 2022, tumbuh di sebagian besar wilayah dan sektor.
Industri yang berjuang menghadapi tantangan rantai pasokan, termasuk elektronik, semikonduktor, otomotif, dan permesinan, mengalami lonjakan proyek, sementara investasi di sektor ekonomi digital melambat.
Investasi global pada sektor energi terbarukan, termasuk matahari dan angin, juga terus tumbuh. Namun angka ini lebih lambat 8 persen dari pertumbuhan 50 persen yang tercatat pada 2021.
Khususnya, proyek pembuatan baterai kendaraan listrik yang meningkat tiga kali lipat menjadi lebih dari USD100 miliar pada 2022.
Laporan tersebut juga mencatat bahwa perusahaan minyak global secara bertahap menjual aset bahan bakar fosil dengan tarif sekitar USD15 miliar per tahun. Sebagian besar aset ini dijual kepada perusahaan ekuitas swasta yang tidak terdaftar dan operator yang lebih kecil.