Sekitar 150 perusahaan juga disebut telah membuat komitmen serupa, yang dirinci dalam laporan "New Plastics Economy" yang diterbitkan pada 2019 lalu.
Namun, kebanyakan dari mereka tidak mengungkapkan berapa sampah yang sudah mereka produksi.
Sejumlah 150 perusahaan ini termasuk Johnson and Johnson, H&M, Kellogg, L'Oreal dan PepsiCo. Perusahaan ritel besar, termasuk Target dan Walmart, juga menolak mengungkapkan berapa banyak plastik yang mereka hasilkan.
Krisis sampah plastik ini tumbuh setiap tahun. Pada tahun 2050 plastik diperkirakan menyumbang 5% hingga 10% dari emisi gas rumah kaca, menurut laporan The Guardian.
Berdasarkan data Statista, Emisi Gas Rumah Kaca (GRK) yang dihasilkan Nestlé pada scope 1 di tahun 2021 adalah 3,37 juta metrik ton setara karbon dioksida (MtCO2e).
Angka ini mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya. Adapun pada scope 3, Nestlé menghasilkan sekitar 114 MtCO2e pada tahun yang sama.
Dalam target pengurangan emisi dan menuju net zero 2050, terdapat 3 scope yang digunakan untuk mengukur emisi.
Pada scope 1, mencakup emisi langsung dari sumber yang dimiliki atau dikendalikan oleh perusahaan. Seperti transportasi dari pembakaran bahan bakar kendaraan armada perusahaan, pembakaran bahan bakar proses produksi, emisi metana dari tambang batu bara, danproduksi listrik dari pembakaran batu bara.
Pada scope 2 adalah emisi yang dilepaskan ke atmosfer dari penggunaan energi yang dibeli dan disebut "emisi tidak langsung".
Scope 3 juga masuk dalam emisi tidak langsung lainnya yang terjadi di seluruh rantai pasok (supply chain) dan berada di luar kendali langsung perusahaan.
Beberapa contohnya adalah perjalanan bisnis dengan maskapai komersial, transportasi produk yang dihasilkan, serta pengangkutan dan pembuangan limbah.
Karena sifatnya, emisi scope 3 ini bisa lebih sulit dilacak. Namun, setiap perusahaan biasanya memiliki ahli dan konsultan yang dapat membantu mengukur dan melaporkan hasil emisi yang masuk dalam kategori ini.
Tantangan pengurangan sampah plastik dan emisi GRK di sektor industri perlu didukung dengan kolaborasi antar pihak yang kuat. (ADF)