Realisasi belanja di TA 2021 mencapai Rp2.786.4 triliun, atau 101,32 persen dari APBN TA 2021. Realisasi belanja tersebut terdiri dari belanja pemerintah pusat sebesar Rp2.000,7 triliun, dan transfer ke daerah dan dana desa (TKDD) sebesar Rp785,7 triliun. Berdasarkan realisasi pendapatan negara dan realisasi belanja negara tersebut, defisit anggaran tahun 2021 adalah sebesar Rp775,06 triliun.
"Realisasi defisit ini jauh lebih kecil dari yang dianggarkan untuk tahun 2021 dengan defisit sebesar 4,57 persen dari PDB. Ini jauh lebih rendah dari target APBN semula yaitu sebesar 5,7 persen dari PDB," ucapnya.
Realisasi pembiayaan netto tahun 2021 sebesar Rp871,7 triliun atau 86,62 persen dari target APBN sebesar Rp1.006,4 triliun. Sri mengatakan bahwa ini adalah konsekuensi dari defisit yang lebih kecil. Pembiayaan ini terdiri dari pembiayaan dalam negeri sebesar Rp881,6 triliun dan pembiayaan luar negeri minus Rp9,9 triliun.
"Pembiayaan tahun 2021 difokuskan untuk menutup defisit dan dimanfaatkan untuk investasi pemerintah pada BUMN dan BLU, terutama untuk percepatan pembangunan sumber daya manusia (SDM) dan infrastruktur," tambah Sri.
Dengan defisit yang jauh lebih rendah sebagai akibat membaiknya pendapatan negara dan optimalisasi pembiayaan anggaran, masih terdapat sisa lebih pembiayaan anggaran atau SILPA tahun 2021 sebesar Rp96,6 triliun.