IDXChannel - Menteri Pekerjaan Umum (PU) Dody Hanggodo memberi penjelasan soal anggaran renovasi Stadion Kanjuruhan yang lebih mahal daripada Surajaya, Lamongan.
Padahal, Stadion Kanjuruhan tidak memulai pembangunannya darı nol.
Sebelumnya, beredar informasi pembangunan Stadion Surajaya Lamongan memakan anggaran Rp292 miliar, dan pembangnan dilakukan dari nol alias dirubuhkan total.
Warganet membandingkan proses pembangunan Stadion Surajaya, Lamongan, yang lebih murah dibandingkan dengan Stadion Kanjuruhan, yang menelan biaya Rp357 miliar.
Bahkan jika dibandingkan dengan pembangunan Stadion Manahan Solo, justru memakan anggaran Rp301 miliar atau lebih mahal pembangunan Stadion Kanjuruhan Malang.
Menurut Dody, proses pembangunan Stadion Kanjuruhan, Malang, tidak bisa dibandingkan dengan stadion-stadion lain di Indonesia. Sebab, Stadion Kanjuruhan memiliki sejarah kelam yang harus terus diingat untuk jadi pelajaran ke depan, akibat Tragedi Kanjuruhan.
"(Stadion Kanjuruhan) Tidak bisa dibandingkan dengan tempat lain. Tidak bisa dibandingkan stadion itu kemahalan, Stadion Kanjuruhan itu kemurahan, tidak bisa. Ada nilai dan sejarah yang harus kita jaga untuk ke depan," ucap Dody Hanggodo, usai meninjau tahapan renovasi Stadion Kanjuruhan, Malang, Sabtu sore (18/1/2025).
Selain itu, proses renovasi Stadion Kanjuruhan disebut lebih sulit dan kompleks, karena tidak sekadar membangun dan merevitalisasi stadion lama menjadi baru. Namun, ada faktor bagaimana sejarah tidak hilang, dan bisa dikenang oleh keluarga korban Tragedi Kanjuruhan dan generasi penerus bangsa.
"Memang prosesnya panjang, karena kita mau itu stadion ada sejarahnya, sejarahnya itu yang kita tidak mau hilang, hilang dari ingatan para keluarga korban, dan hilang dari ingatan kita semua generasi penerus dan masyarakat Indonesia. Ada kesulitan-kesulitan konstruksi memang," ujarnya.
Di sisi lain, Kepala Balai Prasarana Permukiman Wilayah (BPPW) Jawa Timur Airyn Saputri Harahap mengungkapkan, proses renovasi Stadion Kanjuruhan lebih mahal dibanding stadion lain yang direnovasi justru karena tidak mengubah struktur bangunan.
"Karena banyak sekali sejarah-sejarah yang tidak bisa kita ubah, kalau tempat lain mungkin bisa dibandingkan, kalau ada masalah langsung menghancurkan, (proses perbaikannya di tempat lain) kita murah kan sama lah kayak kita bangunan rumah, kita kalau daripada renovasi kan mengubah pagar, enak langsung ganti lebih murah, di sini tidak bisa, karena banyak sejarah," ucap Airyn Saputri Harahap.
(NIA DEVIYANA)