Selain itu, minyak kelapa sawit juga menjadi kontributor utama ekspor Indonesia yang 2022 tercatat bernilai sekitar USD40 miliar.
Capaian tersebut berasal dari karakteristik minyak kelapa sawit sebagai minyak nabati paling produktif yang mampu menghasilkan 5 hingga 10 kali lebih banyak per hektar perkebunanan, dibandingkan dengan minyak nabati lain yang ada.
“Hanya dengan luasan 8% dari total lahan yang digunakan untuk memproduksi minyak nabati, dapat memasok 40% dari kebutuhan minyak nabati dunia saat ini,” ujar Franky.
Dia memperkirakan, pada 2045 mendatang, produksi minyak kelapa sawit akan mencapai 100 juta ton per tahun, tanpa perlu melakukan perluasan lahan perkebunan.
Dengan memanfaatkan keunggulan ini secara terencana dan berkelanjutan, Indonesia telah mendekarbonisasi ekonominya melalui program B35.
B35 merupakan kebijakan pencampuran bahan bakar nabati terbesar di dunia – dengan target penyaluran hingga 13,15 juta kiloliter biodiesel di tahun ini – berikut potensi peningkatan lebih jauh, memanfaatkan teknologi seperti dalam produk hydrotreated vegetable oil yang lebih efisien.
“Kita dapat melakukan hal yang sama di angkasa, seperti yang telah kita buktikan dengan sukses di daratan,” kata Franky.