sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Ekspor Sawit Mentah Diperkirakan Terdiversifikasi usai Penandatanganan IEU-CEPA

Economics editor Dinar Fitra Maghiszha
11/12/2025 10:46 WIB
Arah ekspor minyak sawit mentah Indonesia diperkirakan terdiversifikasi setelah penandatanganan Indonesia–European Union Comprehensive Economic Partnership.
Ekspor Sawit Mentah Diperkirakan Terdiversifikasi usai Penandatanganan IEU-CEPA (FOTO:iNews Media Group)
Ekspor Sawit Mentah Diperkirakan Terdiversifikasi usai Penandatanganan IEU-CEPA (FOTO:iNews Media Group)

IDXChannel - Arah ekspor minyak sawit mentah (CPO) Indonesia diperkirakan terdiversifikasi setelah penandatanganan Indonesia–European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU–CEPA). Kemitraan dagang ini membuka akses lebih luas ke pasar Uni Eropa.

Research Analyst Phintraco Sekuritas Aditya Prayoga mencatat Uni Eropa merupakan importir CPO terbesar ketiga di dunia dengan kebutuhan mencapai 6–7 juta ton per tahun.

Selama ini ekspor CPO Indonesia, ujarnya, masih bertumpu pada India dan China yang secara konsisten menyerap sekitar 33 persen dari total ekspor nasional.

"Diversifikasi peluang ini (ekspor ke Eropa) ini turut diperkuat oleh penurunan tarif impor kelapa sawit oleh India menjadi 10 persen," ujarnya dalam Sector Update, dikutip Kamis (11/12/2025).

Namun, penetrasi ke Uni Eropa membutuhkan penyesuaian terhadap regulasi Environmental Deforestation Regulation (EUDR). Regulasi ini mewajibkan verifikasi jejak lahan dan bukti bahwa produk tidak terkait dengan deforestasi.

Menurut Aditya, produsen CPO dengan sertifikasi keberlanjutan memiliki posisi yang lebih menguntungkan dalam mengakses pasar Eropa.

Kepatuhan terhadap EUDR menjadi faktor penentu akses ekspor ke Eropa, sekaligus membedakan kemampuan pelaku industri dalam memenuhi standar keberlanjutan.

"Dalam konteks tersebut, produsen dengan sertifikasi RSPO menjadi pihak yang diuntungkan karena memiliki kepastian akses ekspor, risiko penolakan yang lebih rendah, serta peluang memperoleh premium pricing di pasar Uni Eropa," kata dia.

Di sisi lain, produksi domestik yang menurun akibat cuaca pada 2024 dinilai membuat volume ekspor turun menjadi sekitar 24 juta ton, lebih rendah dari rata-rata historis 27–30 juta ton.

Aditya menyebut pembukaan akses ke pasar Eropa menjadi peluang untuk memperluas distribusi ekspor di tengah fluktuasi serapan negara tujuan utama di Asia.

"Pembukaan akses pasar menuju Uni Eropa serta penurunan tarif impor kelapa sawit di India menjadi 10 persen turut membuka ruang ekspansi permintaan ekspor dalam jangka menengah," ujarnya. 



(kunthi fahmar sandy)

Advertisement
Advertisement