sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Neraca Dagang Surplus 47 Bulan, Kemenkeu: Tunjukkan Ketahanan Ekonomi Indonesia

Economics editor Anggie Ariesta
23/04/2024 14:12 WIB
Neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus secara berturut-turut selama 47 bulan sejak Mei 2020. Hal itu menunjukkan ketahanan ekonomi Indonesia.
Neraca Dagang Surplus 47 Bulan, Kemenkeu: Tunjukkan Ketahanan Ekonomi Indonesia. (Foto: MNC Media)
Neraca Dagang Surplus 47 Bulan, Kemenkeu: Tunjukkan Ketahanan Ekonomi Indonesia. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Neraca perdagangan Indonesia pada Maret 2024 kembali mengalami surplus sebesar USD4,47 miliar. Capaian tersebut memperpanjang surplus neraca perdaganan Indonesia secara berturut-turut selama 47 bulan sejak Mei 2020. 

“Capaian positif ini tentunya patut kita syukuri, di tengah ketidakpastian perekonomiam global, berlanjutnya surplus neraca perdagangan Indonesia menunjukkan ketahanan ekonomi domestik yang sangat baik,” kata Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan, Febrio Kacaribu, dalam keterangan resmi pada Selasa (23/4/2024).

Meski begitu, pemerintah akan terus memantau dampak perlambatan ekonomi global dan kondisi geopolitik termasuk konflik Iran-Israel terhadap ekspor nasional. 

“Pemerintah juga akan menyiapkan langkah antisipasi melalui dorongan terhadap keberlanjutan hilirisasi SDA, peningkatan daya saing produk ekspor nasional, serta diversifikasi mitra dagang utama,” ujarnya

Secara rinci, nilai neraca dagang RI diketahui lebih tinggi USD1,64 miliar dibandingkan surplus neraca perdagangan pada Februari 2024 dan lebih tinggi terhadap bulan yang sama pada 2023 yang tercatat sebesar USD2,83 miliar. 

Secara kumulatif, surplus neraca perdagangan Indonesia pada periode Januari sampai dengan Maret mencapai USD7,31 miliar.  

Nilai ekspor Indonesia pada Maret 2024 tercatat sebesar USD22,43 miliar, turun 4,19 persen (yoy). Namun, jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya, ekspor pada Maret 2024 meningkat 16,40 persen (mtm), sejalan dengan peningkatan harga komoditas ekspor global sepanjang bulan Maret, khususnya untuk komoditas batu bara dan logam mulia.  

Jika dilihat secara sektoral, penurunan ekspor terjadi pada industri pertambangan, sedangkan industri pengolahan dan sektor pertanian masih tumbuh cukup baik sejalan dengan peningkatan aktivitas ekonomi di negara mitra utama seperti AS dan India. 

Sementara itu, China sebagai mitra utama dengan share 22,44 persen terhadap total ekspor Indonesia, mengalami pertumbuhan yang terhambat akibat krisis properti yang juga berdampak pada termoderasinya aktivitas perdagangan Indonesia dan Tiongkok.

Secara kumulatif, total ekspor pada periode Januari sampai dengan Maret 2024 tercatat mencapai USD62,20 miliar, turun 7,25 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar USD67,06 miliar. 

Sementara, impor Indonesia pada Maret 2024 tercatat sebesar USD17,96 miliar atau turun 12,76 persen (yoy), didorong oleh menurunnya impor sektor nonmigas sebesar 16,72 persen (yoy) di tengah kenaikan impor sektor migas sebesar 10,34 persen (yoy). 

Namun, jika dilihat dari sisi volume, impor pada Maret 2024 masih mencatatkan pertumbuhan sebesar 4,11 persen (yoy). Kemudian berdasarkan golongan penggunaan barang, impor barang modal dan bahan baku penolong mengalami penurunan, sedangkan impor barang konsumsi meningkat seiring dengan peningkatan konsumsi masyarakat menjelang lebaran.

Secara kumulatif, total impor Indonesia pada periode Januari sampai dengan Maret 2024 tercatat mencapai USD54,90 miliar, turun sebesar 0,10 persen (yoy) dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yaitu USD54,95 miliar.

Ke depan aktivitas ekonomi sepanjang 2024 masih akan diwarnai beragam tantangan yang akan menghambat aktivitas perdagangan global seperti tensi geopolitik dan fragmentasi ekonomi yang akan berpengaruh terhadap global supply chain, tekanan nilai tukar dan sektor keuangan, serta perlambatan ekonomi China sebagai negara mitra dagang utama Indonesia.

Sementara itu, menurut WEO (World Economic Outlook) yang terbit pada April 2024 proyeksi pertumbuhan global untuk tahun 2024 sebesar 3,2 persen, masih berada di bawah rata-rata tahunan historis (2000–2019) yang mencapai 3,8 persen.

(FRI)

Halaman : 1 2
Advertisement
Advertisement