Sementara itu, China sebagai mitra utama dengan share 22,44 persen terhadap total ekspor Indonesia, mengalami pertumbuhan yang terhambat akibat krisis properti yang juga berdampak pada termoderasinya aktivitas perdagangan Indonesia dan Tiongkok.
Secara kumulatif, total ekspor pada periode Januari sampai dengan Maret 2024 tercatat mencapai USD62,20 miliar, turun 7,25 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar USD67,06 miliar.
Sementara, impor Indonesia pada Maret 2024 tercatat sebesar USD17,96 miliar atau turun 12,76 persen (yoy), didorong oleh menurunnya impor sektor nonmigas sebesar 16,72 persen (yoy) di tengah kenaikan impor sektor migas sebesar 10,34 persen (yoy).
Namun, jika dilihat dari sisi volume, impor pada Maret 2024 masih mencatatkan pertumbuhan sebesar 4,11 persen (yoy). Kemudian berdasarkan golongan penggunaan barang, impor barang modal dan bahan baku penolong mengalami penurunan, sedangkan impor barang konsumsi meningkat seiring dengan peningkatan konsumsi masyarakat menjelang lebaran.
Secara kumulatif, total impor Indonesia pada periode Januari sampai dengan Maret 2024 tercatat mencapai USD54,90 miliar, turun sebesar 0,10 persen (yoy) dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yaitu USD54,95 miliar.
Ke depan aktivitas ekonomi sepanjang 2024 masih akan diwarnai beragam tantangan yang akan menghambat aktivitas perdagangan global seperti tensi geopolitik dan fragmentasi ekonomi yang akan berpengaruh terhadap global supply chain, tekanan nilai tukar dan sektor keuangan, serta perlambatan ekonomi China sebagai negara mitra dagang utama Indonesia.
Sementara itu, menurut WEO (World Economic Outlook) yang terbit pada April 2024 proyeksi pertumbuhan global untuk tahun 2024 sebesar 3,2 persen, masih berada di bawah rata-rata tahunan historis (2000–2019) yang mencapai 3,8 persen.
(FRI)