sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

New York Kota Paling Macet di Dunia, Kerugian Capai Rp149 Triliun

Economics editor Wahyu Dwi Anggoro
25/06/2024 13:10 WIB
New York dinobatkan sebagai kota paling macet di dunia selama dua tahun berturut-turut, menurut laporan dari perusahaan riset INRIX.
New York Kota Paling Macet di Dunia, Kerugian Capai Rp149 Triliun. (Foto: MNC Media)
New York Kota Paling Macet di Dunia, Kerugian Capai Rp149 Triliun. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - New York dinobatkan sebagai kota paling macet di dunia selama dua tahun berturut-turut, menurut laporan dari perusahaan riset INRIX.

Dilansir dari Bloomberg pada Selasa (25/6/2024), kemacetan lalu lintas di New York menyebabkan kerugian waktu senilai USD9,1 miliar atau sekitar Rp149 triliun.

“Kemacetan lalu lintas merupakan sebuah kutukan sekaligus barometer kesehatan perekonomian, melambangkan aktivitas yang ramai namun sekaligus menghambatnya,” kata Bob Pishue, analis transportasi di INRIX, dalam sebuah pernyataan.

Rata-rata pengendara New York kehilangan 101 jam tahun lalu karena kemacetan di periode rush hour. Laporan INRIX mencakup hampir 1.000 kota di seluruh dunia.

Mexico City berada di peringkat kedua dalam daftar, diikuti London, Paris dan Chicago. Kota-kota Amerika Serikat (AS) lainnya yang masuk dalam 10 besar dunia adalah Los Angeles dan Boston.

Pemeringkatan ditentukan pengaruh kemacetan relatif terhadap jumlah penduduk.

“Meningkatnya kemacetan lalu lintas di wilayah perkotaan menunjukkan kembalinya keriuhan ekonomi pasca-pandemi, namun hal ini juga menyebabkan kerugian waktu yang bernilai miliaran dolar," kata Pishue.

INRIX memperkirakan bahwa kemacetan lalu lintas merugikan ekonomi AS lebih dari USD70,4 miliar pada 2023, meningkat 15 persen dari tahun sebelumnya, dengan rata-rata pengemudi kehilangan waktu 42 jam karena kemacetan lalu lintas.

“Meskipun kemacetan kembali ke tingkat sebelum pandemi, kami melihat perubahan menarik dalam pola kemacetan karena dampak pandemi yang masih ada,” kata Pishue dalam pernyataannya.

“Keberlanjutan pekerjaan hybrid dan jarak jauh menciptakan puncak perjalanan baru dibandingkan dengan apa yang kita lihat sebelumnya," dia menambahkan. (WHY)

Halaman : 1 2
Advertisement
Advertisement