Hal senada juga dikatakan Sahrul. Pedagang baju koko itu menyebut bahwa tahun ini pendapatannya menurun. Ia hanya bisa meraup banyak keuntungan saat sebelum puasa saja. Sedangkan saat puasa pembeli menurun.
Adapun sebelum puasa ia bisa mengantongi pendapatan Rp 15 juta per hari, namun kini saat momen puasa hanya bisa mengantongi Rp 10 juta per hari.
"Untuk omzet sebelum puasa itu seharinya Rp15 juta, semenjak puasa untuk hari-hari biasa Rp 10 juta. Kalau weekend bisa lebih tapi nggak banyak juga. Dibanding tahun lalu lebih enakan tahun lalu, nggak tau kenapa, atau karena isu resesi itu, makanya daya beli masyarakatnya turun," kata Sahrul.
Dia juga bilang, pembeli di toko yg biasanya didominasi oleh perantau. Namun karena tahun ini banyak yang memilih mudik, jadi para perantau tersebut mengurungkan niatnya untuk berbelanja.
"Sebelum puasa pembeli kebanyakan orang daerah, kaya dari Manado, Makasar, Sumatera. Biasanya mereka beli borongan," jelasnya.
(SLF)