“Karena kalau skalanya kecil, tidak efektif,” ujar pria asli Boyolali itu sembari bercerita dari kecil sudah akrab dengan peternakan sapi. Sumarno mendorong stakeholder terkait untuk bisa ambil bagian untuk pemenuhan kebutuhan seperti itu. Para pelaku usaha termasuk akademisi juga digandeng untuk bisa mensinergikan antara pertanian dalam konteks pangan dan industri.
Sebab, pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang yang ditetapkan pemerintah pusat 2025 – 2045, Jawa Tengah ditetapkan sebagai penumpu ketahanan pangan dan industri.
Dia menyebut, mensinergikan dua hal itu tidak mudah, bahkan bertolakbelakang. Sebab itu, dia berharap jika dua hal itu bisa digarap dengan baik dan seimbang, akan berkontribusi bersar terhadap petumbuhan ekonomi di Jateng.
“Ini secara kalimat sesuatu yang tidak mudah, karena satu sisi untuk tingkatkan industri tapi satu sisi tingkatkan sektor pangan. Inilah lewat forum ini kami minta masukan, seimbangkan industri dan pertanian,” ujarnya.
Deputi Perwakilan BI Jateng Ndari Surjaningsih menyebut, sesuai visi misi Jateng mengambil sektor terbesar yaitu industri pertanian.