"Terutama bagi mereka yang berpenghasilan rendah, ini dapat menjadi beban finansial yang besar dan menyulitkan pemenuhan kebutuhan dasar seperti makanan. Mereka mungkin harus mengurangi konsumsi bahan makanan lainnya demi mengakomodasi kenaikan harga beras," tuturnya.
Puan juga menekankan pentingnya sinergitas antar Kementerian dan Lembaga untuk menciptakan terobosan untik mengatasi persoalan ini. Baik dalam bantuan sosial hingga penguatan teknologi pertanian guna mengantisipasi dampak gagal panen yang berpengaruh pada kenaikan harga beras.
"Bagaimana Negara dapat mendukung hadirnya teknologi agar petani tetap bisa mengairi sawah saat musim kekeringan. Langkah ini bisa menjadi solusi dan antisipasi gagal panen karena saat kemarau kesulitan petani adalah mengairi persawahannya,” sebut Puan.
Dari data Badan Pusat Statistik (BPS), diketahui sebanyak 86 kota mengalami kenaikan harga beras. Kenaikan ini juga menjadi salah satu penyumbang inflasi yang tercatat secara year on year pada Agustus 2023 sebesar 3,27%. Kenaikan itu terjadi karena adanya kenaikan harga gabah baik GKP (Gabah Kering Panen) maupun GKG (Gabah Kering Giling).
Pada Agustus 2023, rata-rata harga beras kualitas premium di penggilingan sebesar Rp11.754 ribu per kg berdasarkan data BPS. Artinya ada kenaikan sebesar 1,88 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Sedangkan beras kualitas medium di penggilingan sebesar Rp11.475 ribu per kg atau naik sebesar 3,19 persen.
(YNA)