IDXChannel - Beijing menjadi salah satu negara yang serius menggarap kendaraan listrik melalui armada taksinya.
Lima tahun lalu, kota ini mengungkapkan rencana pelarangan taksi berbahan bakar fosil. Namun dengan cepat. ribuan mobil kini telah menggunakan baterai sebagai gantinya. Dan pengemudi kendaraan listrik (EV) ini juga tidak perlu khawatir membuang waktu di stasiun pengisian daya.
Alih-alih nge-cas, taksi listrik di Beijing dan lusinan kota lainnya di China hanya perlu pergi ke stasiun penukaran baterai, di mana ada sebuah mesin pencabut baterai yang habis dan menggantinya dengan baterai yang terisi daya hanya dalam beberapa menit.
"Mereka ingin mengemudi dan mendapatkan uang sehingga mereka pasti tidak ingin menunggu dua jam untuk pengisian EV," jelas I-Yun Lisa Hsieh dari National Taiwan University dilansir BBC, Selasa (11/10/2022).
Cara pengisian bahan bakar yang efisien menjadi strategi jitu yang membuat program ini berhasil.
Dan ini menjadi salah satu aspek dari pasar mobil listrik yang semakin beragam dan berkembang pesat di China. Tak hanya supir taksi, masyarakat juga memutuskan memakai EV dalam jumlah yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Pada Juli, Asosiasi Mobil Penumpang di China memperkirakan 6 juta EV baru akan didaftarkan di negara itu pada 2022--revisi dari perkiraan sebelumnya sebesar 5,5 juta EV yang akan dijual tahun ini.
Tesla mengalami bulan terbaiknya di China pada September, berdasarkan laporan terbaru, menjual 83.135 mobil.
Hampir seperempat dari semua mobil yang baru terdaftar di China sekarang adalah kendaraan listrik atau hibrida plug-in, yang berarti bahwa negara itu berada di depan Eropa dan jauh di depan AS dalam penerapan teknologi ini. Setengah dari EV dunia dijual di China.
"Dan ini sebagian besar didorong mandat dan insentif pemerintah," kata Hsieh.
Selama lebih dari satu dekade, pemerintah China mensubsidi pembelian EV. Nilai subsidi ini telah turun dari waktu ke waktu, dan akan berakhir pada 2023.
Meski begitu, masih ada banyak alasan mengapa membeli mobil listrik diminati di China.
Banyak pembeli kendaraan berbahan bakar fosil baru di China harus membayar, tidak hanya untuk mobil, tapi juga plat nomornya. "Ini benar-benar mahal," kata Hsieh.
Plat nomor baru di Shanghai berharga hampir 100.000 yuan.
Ada fasilitas lain jika masyarakat memilih EV, meskipun berbeda dari kota ke kota. Di Liuzhou, pihak berwenang mengizinkan pemilik EV mengemudi di jalur bus. Dan mereka juga mendapatkan akses ke tempat parkir gratis.
Lalu ada label harga yang miring dari beberapa kendaraan. Wuling Hong Guang Mini EV melawan tren EV sebagai pilihan yang relatif mahal.
Hong Guang Mini saat ini adalah EV paling populer di China. Tetapi ada sejumlah opsi lain seperti Tesla's Model Y (49 ribu poundterling) atau Xpeng's P7 (30.410 poundsterling). Keduanya masuk dalam daftar 10 EV terlaris di China.
Pasar EV China sangat kompetitif dan banyak perusahaan berlomba-lomba mendapatkan tempat di dalamnya. Bahkan sebuah maskapai penerbangan, Juneyao, ingin mulai membuat mobil listrik, menurut laporan terbaru dari kantor berita Reuters.
"Ini adalah lingkungan yang sangat baik bagi produsen ini untuk mengembangkan teknologi," kata Pedro Pacheco, seorang analis di Gartner, mencatat bahwa kisaran yang ditawarkan oleh beberapa EV baterai di China sangat bagus.
Tapi dua pertanyaan besar menggantung di atas hiruk-pikuk mobil listrik di China. Pertama, apakah akan bertahan lama? Kedua, bagaimana hal itu bisa membentuk pasar EV global?
Ana Nicholls, direktur analisis industri di Economist Intelligence Unit, mengaku terkejut melihat betapa cepatnya EV keluar dari dealer di China akhir-akhir ini. Namun, dengan penghapusan subsidi untuk pembeli kendaraan baru, selera untuk EV bisa berkurang.
"Sulit untuk melihat bagaimana pasar EV dapat terus berkembang pada tingkat yang cukup ini di masa depan," ungkap dia.
Tantangan lainnya, infrastruktur pengisian daya tetap tidak terdistribusi secara merata dan tunduk pada masalah pasokan--beberapa stasiun pengisian daya baru-baru ini dibatasi karena penurunan produksi listrik akibat kekeringan besar yang mempengaruhi beberapa kota di China.
Lebih banyak pemilik EV berarti meningkatnya permintaan listrik secara umum dan China menghadapi perjuangan berat dalam memasok semua kendaraan baru ini, di saat negara itu mencoba mengurangi konsumsi batu bara di pembangkit listriknya.
Inilah salah satu alasan mengapa beberapa analis, termasuk Hykawy, berpendapat kendaraan listrik hibrida bakal menjadi pilihan yang lebih baik daripada mobil yang hanya menggunakan baterai, karena mereka tidak terlalu bergantung pada jaringan listrik.
kendaraan hibrida juga membutuhkan lebih sedikit lithium, mengingat baterai kendaraan ini yang lebih kecil, dan ini penting mengingat potensi kekurangan lithium di tahun-tahun mendatang.
Namun soal ekspansi, perusahaan China telah memasarkan EV mereka di seluruh dunia, yaitu di Amerika Latin hingga Afrika. Pabrikan kelas atas Nio juga membawa stasiun pertukaran baterai ke Norwegia dan baru saja membuka stasiun kedua di negara tersebut. (NIA)
Penulis: Ahmad Dwiantoro