sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Pemprov Jakarta Ungkap 7 Langkah Cepat Atasi Kemiskinan Baru dan Ketimpangan

Economics editor Muhammad Refi Sandi
29/07/2025 09:43 WIB
Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta merespons kenaikan angka kemiskinan dan ketimpangan berdasarkan laporan terbaru Badan Pusat Statistik (BPS). 
Pemprov Jakarta Ungkap 7 Langkah Cepat Atasi Kemiskinan Baru dan Ketimpangan. Foto: iNews Media Group.
Pemprov Jakarta Ungkap 7 Langkah Cepat Atasi Kemiskinan Baru dan Ketimpangan. Foto: iNews Media Group.

IDXChannel - Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jakarta merespons kenaikan angka kemiskinan dan ketimpangan berdasarkan laporan terbaru Badan Pusat Statistik (BPS). 

Diketahui berdasarkan data BPS menunjukkan tingkat kemiskinan di Jakarta per Maret 2025 mencapai 4,28 persen, naik dari 4,14 persen pada September 2024. Ini menjadi peningkatan pertama sejak pandemi Covid-19.

Asisten Perekonomian dan Keuangan (Asperkeu) Sekretaris Daerah Provinsi DKI Jakarta, Suharini Eliawati, menyebut kondisi ini mencerminkan pemulihan ekonomi yang belum inklusif. Peningkatan jumlah pekerja informal dan tekanan inflasi turut memperlebar jurang ketimpangan sosial.

“Beban ekonomi makin berat dirasakan oleh masyarakat berpenghasilan rendah. Kami akan mengambil tujuh langkah cepat untuk mengatasi kemiskinan baru dan menekan ketimpangan,” ujar Suharini dalam keterangannya, Selasa (29/7/2025).

Suharini merinci tujuh langkah strategis yang akan ditempuh Pemprov DKI Jakarta di antaranya memperluas dan memperkuat bantuan sosial, dengan menyasar kelompok hampir miskin dan masyarakat yang baru jatuh miskin akibat tekanan ekonomi.

Mengendalikan inflasi pangan dan energi, melalui intervensi harga pasar, subsidi ongkos distribusi, serta memperkuat cadangan pangan strategis. Mendorong penciptaan kerja formal, termasuk perluasan program padat karya, pelatihan keterampilan digital, penguatan UMKM, dan kemitraan dengan sektor swasta.

Meningkatkan akses terhadap hunian dan layanan dasar, dengan menyediakan hunian terjangkau dan subsidi untuk listrik, transportasi publik, serta pendidikan. Memberikan insentif kepada pelaku usaha yang mempekerjakan kelompok rentan, serta memperluas layanan publik di wilayah padat penduduk.

"Membangun fondasi dan menyusun indikator untuk menjawab kebutuhan konkret warga, seperti penyediaan infrastruktur dasar, pengembangan ekonomi hijau, serta penguatan akses terhadap pendidikan dan kesehatan. Mewujudkan Jakarta Fund untuk memperkuat investasi yang mendukung perekonomian Jakarta," ucapnya.

Suharini mengatakan laporan BPS juga mencatat bahwa proporsi pengeluaran 40 persen masyarakat terbawah hanya sebesar 16,12 persen, menunjukkan ketimpangan tinggi sesuai klasifikasi Bank Dunia. Sementara itu, Gini Ratio Jakarta naik dari 0,431 (September 2024) menjadi 0,441 (Maret 2025), tertinggi di Indonesia.

“Fokus kami bukan hanya menurunkan angka kemiskinan, tetapi juga mempersempit kesenjangan. Kami ingin memastikan pertumbuhan ekonomi Jakarta lebih merata dan adil,” kata dia.

(NIA DEVIYANA)

Halaman : 1 2
Advertisement
Advertisement