IDXChannel - Harga batu bara diperkirakan masih berada di bawah tekanan dalam beberapa waktu ke depan, seiring lemahnya permintaan dari China, tingginya stok domestik, dan meningkatnya porsi energi terbarukan dalam bauran listrik negeri tersebut.
Tren ini menahan ruang kenaikan harga dan membuat prospek kinerja emiten batu bara ikut tergerus, sekaligus menurunkan potensi imbal hasil dividen yang selama ini menjadi daya tarik utama bagi investor.
Dalam riset CGS International Sekuritas Indonesia (CGSI) yang terbit pada 24 November 2025, analis mencatat persediaan batu bara di China masih tinggi, mencapai 714 juta ton pada Oktober 2025, jauh di atas rata-rata lima tahunan sebesar 428 juta ton.
Kondisi tersebut turut menekan impor batu bara sepanjang sepuluh bulan pertama tahun ini hingga turun 11 persen secara tahunan.
CGSI menjelaskan bahwa porsi pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) di China terus menyusut seiring meningkatnya porsi energi terbarukan dalam bauran energi.