CGSI juga mengingatkan bahwa imbal hasil dividen (dividend yield) sektor ini kemungkinan tidak lagi setinggi tahun-tahun sebelumnya.
“Menurut kami, emiten batu bara kecil kemungkinannya mempertahankan tingkat dividen setinggi tahun-tahun sebelumnya, karena prospek laba yang melemah akan membatasi kemampuan mereka untuk membagikan dividen,” kata analis CGSI.
Dengan proyeksi laba yang menurun, dividend yield sektor tahun fiskal 2025-2026 diperkirakan hanya berada di rentang 4-10 persen, dengan rata-rata sekitar 6-7 persen. AADI disebut sebagai emiten dengan potensi dividend yield tertinggi, yakni 9-10 persen.
CGSI menilai pasar masih memiliki ekspektasi dividen yang terlalu tinggi karena konsensus Bloomberg belum sepenuhnya mencerminkan penurunan estimasi laba. Perbedaan estimasi yang cukup besar itu menjadi salah satu alasan lembaga riset ini menurunkan pandangan sektor.
Sejalan dengan prospek harga yang lesu dan profil dividen yang kurang menarik, CGSI menurunkan rekomendasi sektor batu bara menjadi underweight.