Pada September 2025, kontribusi pembangkit berbasis batu bara turun menjadi 63 persen, dari 67 persen pada tahun sebelumnya.
Dengan stok yang tinggi dan kapasitas energi hijau yang makin besar, harga batu bara diperkirakan tetap tertekan dalam enam hingga dua belas bulan ke depan.
CGSI memperkirakan harga batu bara acuan NEWC rata-rata berada di kisaran USD95 per ton pada tahun fiskal 2026 dan turun ke USD90 per ton pada tahun fiskal 2027, dari proyeksi USD110 per ton pada tahun fiskal 2025.
Penurunan harga tersebut membuat proyeksi kinerja emiten batu bara direvisi turun. CGSI memangkas estimasi laba bersih tahun fiskal 2026 untuk UNTR, ITMG, dan PTBA sebesar 4-13 persen karena kombinasi harga jual yang lebih rendah dan kenaikan biaya, terutama bahan bakar.
Sementara itu, AADI justru direvisi naik berkat rata-rata harga jual yang sedikit lebih baik. Secara keseluruhan, laba bersih sektor diperkirakan turun 8 persen secara tahunan pada tahun fiskal 2026, dengan emiten batu bara melemah 16 persen, sedangkan kontraktor tambang seperti UNTR naik tipis 1 persen.