sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Pengusaha Jatim Keluhkan Biaya Meningkat Imbas Terbitnya Permenperin Gula Rafinasi

Economics editor Rina Anggraeni
21/05/2021 07:28 WIB
Stok gula harus diambil dari luar daerah sehingga itu menambah biaya produksi untuk distribusi.
Pengusaha Jatim keluhkan biaya meningkat imbas terbitnya Permenperin gula rafinasi. (Foto: MNC Media)
Pengusaha Jatim keluhkan biaya meningkat imbas terbitnya Permenperin gula rafinasi. (Foto: MNC Media)

Namun, hingga kini luas tanam area tebu yang dimilik PT KTM belum memenuhi syarat yang ditetapkan pemerintah. Dari hasil investigasi Kemenperin, uang penghematan yang diperoleh PT KTM malah digunakan untuk membeli tebu dari petani yang sudah menjalin kontrak dengan pabrik gula lainnya. Kondisi ini malah berbahaya bagi industri gula tebu di Jawa Timur. Ia khawatir, perilaku PT KTM bisa memicu persaingan tidak sehat pada industri gula berbasis tebu di Jawa Timur. 

"Kan di sana ada pabrik gula tebu lain. Ada PG BUMN dan lain-lain. Dengan dia (PT KTM) membeli tebu seperti itu, dia merusak harga pasar di sana (Jawa Timur). Industri yang lain. Justru persaingannya, jadi persaingan tidak sehat," tutur dia. 

"Dia (KTM) kan bisa membeli tebu lebih mahal karena dia menerima insentif kuota raw sugar tadi. Jadi dia ada kelebihan (penghematan). Harusnya, kelebihan itu dia pakai untuk memperluas lahan perkebunan tebu. Kan memang maksud pabrik baru diberi insentif investasi biar dia bisa membangun perkebunan tebu sendiri," pungkas Supriyadi. (TIA)

Halaman : 1 2 3 Lihat Semua
Advertisement
Advertisement