Hal tersebut tercermin dari aliran dana USD 5,5 miliar (RP 82 triliun) yang masuk ke pasar keuangan negara-negara berkembang selama empat minggu terakhir, hingga akhir Maret. Dengan Asia sebagai peraih aliran dana tertinggi, sebagaimana Berdasarkan data TD Securities yang mengutip data EPFR Global.
Lebih dari 70% dari dana tersebut masuk ke Negara China. Pada saat yang sama, pasar keuangan negara-negara maju mengalami net outflow sebesar USD 8,6 miliar (Rp128 triliun), dengan pasar AS yang paling terdampak.
“Para investor masih melihat pasar berkembang Asia sebagai wilayah yang mungkin paling disukai, baru disusul Eropa dan mungkin AS. Jika Anda berpikir The Fed akan menunda kenaikan suku bunga, hal tersebut akan mendorong aliran modal ke kembali ke pasar berkembang Asia,” kata David Chao, Ahli Strategi Pasar Global untuk Asia-Pasifik Invesco Asset Management.
Minggu ini, Asian Development Bank (ADB) mengatakan bahwa China memimpin ekonomi berkembang Asia. Tren inflasi juga akan lebih lambat pada 2023 dan 2024.
Hong Kong, Thailand, India, dan juga Filipina menjadi Negara yang diproyeksikan Chua akan mendapat keuntungan dari pembukaan kembali China.