Emma menambahkan pelemahan harga minyak tersebut akan menyeret dampak terhadap kinerja investasi di sisi hulu migas atau upstream jika tidak disikapi dengan regulasi yang baik. Terutama dalam menyikapi volatilitas dari harga minyak mentah sehingga tidak menghambat produksi dan lifting.
"Ini yang harus kita mitigasi betul, jadi kalau kita lihat ini di samping investasi akan menjadi terhambat kalau tidak disikapi dengan regulasi yang harus ada breakthrough secara fundamental. Kita akan koordinasikan betul dengan pemerintah, bagaimana penyikapan dari volatility crude price ini sehingga tidak menghambat dari sisi produksi dan lifting," kata Emma.
"Ke depan kita akan sikapi betul bagaimana reform regulatory framework dari sisi upstream dan oil and gas, sektor ini yang harus kita sikapi betul untuk tidak menghambat percepatan dan target pemerintah 1 juta barrel di 2028 ini ke depan," kata dia.
Jika menilik laporan keuangan Pertamina, laba bersih perseroan pada 2024 merosot sekitar 29 persen jika dibandingkan dengan 2023. Pada 2023 laba bersih perseroan USD4,44 miliar atau setara Rp72,34 triliun, sedangkan pada 2024 turun menjadi USD3,13 miliar atau setara Rp49,54 triliun.
Sedangkan jika melihat kontribusi penerimaan negara, PT Pertamina memang mengalami peningkatan sekitar 11 persen pada 2024 jika dibandingkan tahun sebelumnya. Pada 2023 perseroan menyumbang Rp360,8 triliun ke kas negara, sedang di 2024 naik menjadi Rp401,8 triliun.