"Gejolak geopolitik ini sudah mengganggu sisi pasokan dan distribusi, karena menyebabkan harga komoditas menjadi tinggi dan gampang sekali bergejolak. Tingginya harga-harga komoditas ini kemudian juga memicu tingginya inflasi di berbagai negara," ucap Sri.
Tak hanya itu, kebijakan Bank Sentral AS The Federal Reserve (The Fed) yang semakin agresif dalam menaikkan suku bunganya juga harus diwaspadai. Bahkan, diperkirakan hingga akhir tahun, suku bunganya bisa mencapai 4,5%.
Gejolak inflasi juga sudah nampak di Eropa yang kini mencapai level 10. Terutama di harga energi yang kemudian memicu gejolak dan tekanan sosial. Negara-negara emerging markets juga masih mengalami inflasi, misal Brazil 8,7%, Meksiko 8,7%, India 7%, dan Indonesia 6%.
"Maka dari itu perlu respon kebijakan moneter untuk menstabilkan harga, yaitu dengan menaikkan suku bunga dan menetapkan likuiditas. Outlook perekonomian global menjadi melemah seiring kenaikan harga dan pengetatan kebijakan moneter," pungkas Sri.
(DES)