IDXChannel - Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Joko Supriyono memproyeksikan pertumbuhan produksi sawit pada 2023 stagnan.
Kata dia, meskipun sewaktu-waktu mengalami kenaikan ataupun penurunan, hanya berubah sedikit atau cenderung flat.
"Outlook (produksi sawit) feeling saya stagnan, bisa naik atau turun dikit atau cenderung flat. Karena kita replanting (peremajaannya) telat," ujar Joko saat ditemui awak media di hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta, dikutip Kamis (26/1/2023).
Selain masalah replanting, harga pupuk sawit yang masih melejit mengakibatkan para petani mengurangi kuantitas pupuk yang semestinya. Sehingga itu berpengaruh terhadap produksi sawit.
Terkait berapa persen proyeksi penurunannya, Joko masih belum bisa memberikan keterangan pasti.
"(Penurunannya) saya enggak tahu persisnya tapi saya rasa akan flat. Kalaupun naik sedikit, kalau turun sedikit. Tapi persisnya saya belum tahu karena bunga saja belum ada," ucap Joko.
Kemudian, perihal outlook ekspor sawit, ia memprediksi pertumbuhannya cenderung turun sebab kebutuhan domestik mengalami peningkatan. Seperti contohnya untuk keperluan biodiesel sebanyak 13 juta kiloliter (kL).
"Jadi jatah ekspor akan terkurangi karena (kebutuhan) domestik naik besar," kata Joko.
Lanjutnya, meskipun produksi sawit petani lebih banyak untuk keperluan domestik, itu tidak mempengaruhi harga jual. Sebab, jika sawit diekspor pun tetap kena pungutan ekspor (PE) dan Bea Keluar (BK).
"Jadi sebenarnya harga sama saja. Dalam konteks indonesia saya bilang kalau seorang CEO itu ada namanya growth. Jadi seharusnya produksi tumbuh, domestik tumbuh, ekspor juga tumbuh. Jadi nggak satu naik, satu turun," ujar tutur Joko.
Terakhir, ia menekankan, produksi sawit dalam negeri akan kembali mengalami peningkatkan asalkan petani sawit melakukan replanting.
"Kendalanya di replanting. Pengusaha bisa naikkan produksi tapi perlu replanting. Karena replanting (sawit rakyat) masih belum baik," tandas Joko. (NIA)