IDXChannel - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ditutup melemah pada akhir perdagangan Senin (13/10/2025), turun 3 poin atau sekitar 0,02 persen ke level Rp16.573 per dolar AS.
Pengamat pasar uang, Ibrahim Assuaibi mengatakan, Presiden AS Donald Trump memicu kembali ketegangan perdagangan dengan mengancam akan mengenakan tarif hingga 100 persen pada impor China dan memperketat kontrol ekspor pada teknologi penting. Pernyataan tersebut meresahkan pasar keuangan.
“Trump melunakkan nada bicaranya selama akhir pekan, memberi tahu pasar untuk ‘tidak khawatir tentang China, dan mengisyaratkan Washington tidak merencanakan eskalasi langsung,” kata Ibrahim dalam risetnya.
Perubahan ini membantu menenangkan beberapa pihak, tetapi para pedagang tetap waspada terhadap perubahan kebijakan yang tidak terduga dari Gedung Putih.
Beijing menanggapi pernyataan Trump dengan mengatakan "tidak takut" akan perang dagang dan akan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk melindungi kepentingannya. Sikap tegas ini meningkatkan kekhawatiran tentang eskalasi baru dalam ketegangan ekonomi AS-China.
Likuiditas pasar mungkin terpengaruh oleh hari libur karena sebagian wilayah AS merayakan Hari Columbus/Hari Masyarakat Adat pada Senin nanti, meskipun bursa saham tetap buka. Jepang tutup pada hari Senin untuk memperingati Hari Kesehatan dan Olahraga.
Dari dalam negeri, Dana Moneter Internasional (IMF) memberikan apresiasi atas keberhasilan Pemerintah Indonesia dalam menjaga pertumbuhan ekonomi yang tetap tinggi di tengah ketidakpastian global.
Adapun IMF menilai Indonesia sebagai salah satu bright spot di tengah perubahan struktural yang melanda perekonomian dunia, termasuk pergeseran geopolitik, kemajuan teknologi, serta dinamika demografi global.
IMF memandang reformasi kelembagaan, pembentukan lembaga pengelola investasi Danantara, hilirisasi sumber daya alam (SDA), serta kebijakan dukungan likuiditas menjadi faktor penting dalam menjaga daya tahan ekonomi nasional.
Selain itu, keberhasilan pemerintah meredam keresahan publik serta kebijakan fiskal yang pro-pertumbuhan dengan tetap menjaga disiplin fiskal turut menjadi nilai tambah dalam kepemimpinan ekonomi Indonesia.
Komitmen pemerintah untuk menjaga disiplin fiskal, dengan defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tetap di bawah 3 persen dan rasio utang di bawah 60 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).
Langkah ini merupakan bagian dari strategi cash management untuk menjaga likuiditas kas negara agar tetap aman sesuai prinsip disiplin fiskal, namun tetap produktif mendorong perekonomian.
Sedangkan, prioritas jangka pendek pemerintah adalah mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi sekaligus mengembalikan sentimen positif publik.
Berdasarkan analisis tersebut, Ibrahim memprediksi bahwa mata uang rupiah akan bergerak fluktuatif pada perdagangan selanjutnya dan berpotensi ditutup melemah dalam rentang Rp16.570-Rp16.620 per dolar AS.
(Rahmat Fiansyah)