Dia menyebut, pemerintah melalui Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) belajar banyak dari krisis-krisis sebelumnya, mulai krisis 1998 hingga krisis 2008 lalu.
Sri juga membahas sejumlah potensi risiko sektor keuangan antara lain berupa kenaikan suku bunga yang tinggi secara mendadak, penguatan dollar, serta non-performing loan (NPL).
"Indonesia dengan pertumbuhan yang kuat 5,3% tahun lalu, kami memprediksi kuartał pertama masih akan tetap kuat. Permintaan dalam negeri, konsumsi, dan investasi masih kuat, sehingga kami optimis NPL tidak akan mengalami peningkatan," ungkap Sri.
Selain itu, dia juga menjawab pertanyaan mengenai isu dedolarisasi yang sedang hangat dibicarakan.
"Chiang Mai Initiative menjadi jawaban utama bagi negara-negara di kawasan ASEAN. Penggunaan mata uang lokal lintas batas negara juga terus didorong melalui teknologi digital," pungkas Sri.
(SLF)