Ini kemudian memicu lonjakan inflasi yang tinggi, terutama di sektor pangan, pupuk, harga energi, dan hal itu kemudian butuh direspon oleh kebijakan moneter.
"Untuk merespon pandemi dengan upaya yang luar biasa, dan sekarang dihadapkan dengan situasi yang lebih kompleks dengan inflasi tinggi, diikuti dengan naiknya suku bunga khususnya dari negara-negara maju," ungkap Sri.
Situasi ini kemudian berimbas juga pada menguatnya mata uang dolar AS (USD). Kompleksitas ini kemudian mengingatkan Sri Mulyani pada situasi di 2008-2009 di mana indeks volatilitas meningkat, nilai tukar melemah, suku bunga dan inflasi naik, dan hal-hal tersebut menimbulkan dampak potensial terhadap stabilitas keuangan.
"Ini yang terbesar sekarang dalam posisi kami, dalam bagaimana kami, Indonesia, menghadapi kompleksitas ini tetapi di saat yang sama harus menavigasi dan terus mendorong pemulihan. Indonesia," pungkas Sri.
(DES)