sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Tak Naikkan Suku Bunga, Seberapa Kuat Daya Tahan Ekonomi Indonesia?

Economics editor Yulistyo Pratomo
04/07/2022 07:43 WIB
Krisis keuangan yang melanda dunia pada satu dekade lalu turut mendorong Indonesia ke dalam jurang yang sama.
Tak Naikkan Suku Bunga, Seberapa Kuat Daya Tahan Ekonomi Indonesia? (Foto: MNC Media)
Tak Naikkan Suku Bunga, Seberapa Kuat Daya Tahan Ekonomi Indonesia? (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Krisis keuangan yang melanda dunia pada satu dekade lalu turut mendorong Indonesia ke dalam jurang yang sama. Alhasil, negara ini sempat masuk ke dalam jajaran "Lima yang Rentan" dengan ekonominya yang rapuh terhadap gejolak dunia.

Namun, Indonesia kini berada di babak bari di mana proses pengetatan moneter yang dipimpin oleh Federal Reserve AS be,lum memberikan banuyak pengaruh, demikian dikutip dari Reuters pada Senin (4/7/2022).

Bank Indonesia tidak mengalami hawkish dibandingkan sejumlah negara di dunia, meski belum memberikan petunjuk apapun mengenai kapan akan menaikkan suku bunga. Sementara, inflasi baru saja naik di atas kisaran target 2%-4%, namun rupiah tercatat sebagau satu mata uang dengan kinerja terbaik di Asia.

Hal ini kontras dengan tahun 2013, ketika Fed hanya menyebutkan rencana untuk mengurangi stimulus memicu arus keluar modal yang tidak stabil yang membuat rupiah turun 20%, memaksa Bank Indonesia (BI) untuk menaikkan suku bunga sebesar 175 basis poin.

"Di Indonesia... belum ada kenaikan suku bunga kebijakan dari tahun ke tahun. Sekarang itu sangat jarang terjadi," kata analis lembaga keuangan lembaga pemeringkat S&P, Ivan Tan, dalam sebuah seminar pekan lalu.

Terlepas dari beberapa risiko politik, Indonesia tampaknya mampu melewati kondisi ekonomi lebih baik daripada negara-negara lain yang tergabung dalam Fragile Five - India, Turki, Afrika Selatan, dan Brasil.

Para pembuat kebijakan mengatakan mereka telah belajar dari krisis masa lalu dan merancang kebijakan seperti mendirikan pasar valuta asing domestik yang tidak dapat dikirim, mempromosikan penggunaan mata uang lain yang lebih besar dalam perdagangan dan investasi daripada dolar AS dan menjual lebih banyak obligasi kepada investor lokal untuk menghindari ketergantungan yang berlebihan pada uang panas asing.

Meskipun ada perdebatan tentang seberapa banyak kebijakan ini telah membantu, para analis setuju bahwa rekor ekspor yang tinggi di tengah ledakan komoditas global telah membantu Indonesia menopang ketahanan ekonominya.

"Indonesia diuntungkan sebagai pengekspor komoditas bersih ... Indonesia berada di tempat yang sangat baik untuk mengendalikan beberapa tekanan inflasi sisi penawaran yang dihadapi oleh beberapa ekonomi lain," kata Tan dari S&P.

Halaman : 1 2
Advertisement
Advertisement