IDXChannel - Krisis keuangan yang melanda dunia pada satu dekade lalu turut mendorong Indonesia ke dalam jurang yang sama. Alhasil, negara ini sempat masuk ke dalam jajaran "Lima yang Rentan" dengan ekonominya yang rapuh terhadap gejolak dunia.
Namun, Indonesia kini berada di babak bari di mana proses pengetatan moneter yang dipimpin oleh Federal Reserve AS be,lum memberikan banuyak pengaruh, demikian dikutip dari Reuters pada Senin (4/7/2022).
Bank Indonesia tidak mengalami hawkish dibandingkan sejumlah negara di dunia, meski belum memberikan petunjuk apapun mengenai kapan akan menaikkan suku bunga. Sementara, inflasi baru saja naik di atas kisaran target 2%-4%, namun rupiah tercatat sebagau satu mata uang dengan kinerja terbaik di Asia.
Hal ini kontras dengan tahun 2013, ketika Fed hanya menyebutkan rencana untuk mengurangi stimulus memicu arus keluar modal yang tidak stabil yang membuat rupiah turun 20%, memaksa Bank Indonesia (BI) untuk menaikkan suku bunga sebesar 175 basis poin.
"Di Indonesia... belum ada kenaikan suku bunga kebijakan dari tahun ke tahun. Sekarang itu sangat jarang terjadi," kata analis lembaga keuangan lembaga pemeringkat S&P, Ivan Tan, dalam sebuah seminar pekan lalu.
Terlepas dari beberapa risiko politik, Indonesia tampaknya mampu melewati kondisi ekonomi lebih baik daripada negara-negara lain yang tergabung dalam Fragile Five - India, Turki, Afrika Selatan, dan Brasil.
Para pembuat kebijakan mengatakan mereka telah belajar dari krisis masa lalu dan merancang kebijakan seperti mendirikan pasar valuta asing domestik yang tidak dapat dikirim, mempromosikan penggunaan mata uang lain yang lebih besar dalam perdagangan dan investasi daripada dolar AS dan menjual lebih banyak obligasi kepada investor lokal untuk menghindari ketergantungan yang berlebihan pada uang panas asing.
Meskipun ada perdebatan tentang seberapa banyak kebijakan ini telah membantu, para analis setuju bahwa rekor ekspor yang tinggi di tengah ledakan komoditas global telah membantu Indonesia menopang ketahanan ekonominya.
"Indonesia diuntungkan sebagai pengekspor komoditas bersih ... Indonesia berada di tempat yang sangat baik untuk mengendalikan beberapa tekanan inflasi sisi penawaran yang dihadapi oleh beberapa ekonomi lain," kata Tan dari S&P.
Ini tidak hanya membantu negara kaya sumber daya mencatat surplus transaksi berjalan, tetapi juga membantu pemerintah mengurangi target penjualan obligasi dan mendanai subsidi energi untuk melindungi 270 juta penduduknya dari harga minyak global yang tinggi.
Selain itu, pasar saham Indonesia naik lebih dari 5% year-to-date dibandingkan dengan penurunan di pasar ekuitas utama Asia lainnya, setelah jadwal IPO tersibuk di Asia Tenggara tahun lalu.
Pihak berwenang berharap stabilitas pasar keuangan akan memungkinkan ekonomi tumbuh setidaknya 6% per tahun sehingga Indonesia dapat mencapai tujuan menjadi negara kaya pada tahun 2045, ulang tahun ke-100 sejak kemerdekaan. Target jangka panjang Indonesia juga termasuk memeras lebih banyak dari sumber dayanya yang cukup termasuk mineral seperti bijih nikel dengan memproses lebih banyak di dalam negeri.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan fokus pemerintah untuk meningkatkan rantai pemrosesan komoditas akan mengubah struktur keseimbangan eksternal Indonesia, memperkuat aliran modal dengan investasi asing langsung sambil mendiversifikasi ekspor.
"Sepanjang tahun defisit (transaksi berjalan) kecil dan neraca pembayaran secara keseluruhan akan surplus. Artinya secara fundamental, suplai valas tinggi dan itu akan menjaga stabilitas nilai tukar rupiah," kata Warjiyo di Gedung BI. pertemuan kebijakan terbaru. (TYO)