Perempuan berusia 36 tahun itu mengakui tetap mengambil kulakan dengan harga dan volume tersebut, daripada membeli per literan, yang sekarang bernilai Rp13-14 ribu per liter.
"Intinya kita pinter-pinter ngatur, kalau enggak, ya kitanya enggak dapat untung," paparnya.
Senada, Deni Purnama (42), seorang pemilik warung penyet merasa kenaikan harga beras begitu membebani harga jual ke konsumen. Berbeda dengan Tri, ia cenderung untuk mengerek harga seporsi nasi, lele, sambal, dan lalapan.
"Mau gimana lagi, saya beli berasnya literan. Bisa dapat untung aja sudah cukup," terangnya.
Baik Tri dan Deni mengharapkan pemerintah bergegas mengambil tindakan untuk mengendalikan harga beras, sebagai sumber pangan pokok warga.
"Kalau kayak gini kita hanya bisa capek dagang, semoga bisa segera turun. Kita jualan kan juga buat makan, takut kita kalau sampai gulung tikar," ujar Tri.
(FRI)