IDXChannel - Krisis kesehatan global akibat pandemi Covid-19 membuat masyarakat dunia semakin menyadari perihal mendesaknya menjaga keseimbangan alam dan pertumbuhan ekonomi.
Kekhawatiran pembangunan global akan kembali ke model awal sebelum pandemi yang destruktif dan memicu pemanasan global membuat banyak pihak, termasuk Sekjen PBB António Guterres ikut mengingatkan agar dunia tidak kembali ke brown economy.
Khusus di sektor energi, transisi energi dari fosil ke energi baru terbarukan (EBT) semakin disuarakan. Oleh karena itu, Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) telah menyiapkan langkah-langkah untuk mendukung transisi energi ini.
"Yang pertama penggunaan biofuel sekarang B30 yang nantinya akan terus dikembangkan menuju B100," ujar Direktur Eksekutif APBI, Hendra Sinadia, dalam program Market Review IDX Channel, Rabu (14/7/2021).
Selain penggunaan biofuel, katanya saat ini banyak tambang dengan perusahaan yang sudah memakai solar pv untuk beberapa di lahan reklamasi atau tambang. Dia menilai juga dengan menggunakan teknologi mekanis membuat kegiatan tambang lebih efisien."Jadi semakin efisien suatu kegiatan pertambangan tentu ini berperan mengurangi karbon sustain," katanya.
Hendra juga menyinggung upaya reklamasi yang dilakukan beberapa emiten mendapatkan apresiasi dari Kementerian Lingkungan Hidup."Nah ini yang membuat percepatan reklamasi berpengaruh cukup penting untuk mengurangi deforestrasi sehingga berkontribusi terhadap pengurangan karbon," ujarnya.
APBI juga melakukan upaya-upaya lain dengan pelaku usaha termasuk untuk menjaga kegeneralisasi batu bara. Sehingga transisi energi diharap bisa mendorong perekonomian dalam investasi yang lebih baik.
"Emiten yang sedang menjajaki ke arah sana, investasi generalisasi batu bara dan pemerintah telah memberikan beberapa paket kebijakan dan regulasi termasuk royalti zero persen. Namun tentu beberapa kebijakan yang lain untuk mendorong agar perekonomian dalam investasi ini bisa lebih baik," pungkasnya. (TIA)