Tahun depan kata Hanna, produk anyaman dari Flores rencananya akan diekspor meski jumlahnya memang belum terlalu banyak, mengingat sekitar 80 persen pembelinya masih datang dari pasar domestik. Du’Anyam menyasar pasar workshop, seminar (untuk keperluan godie bag), terutama amenities yang bisa dipasok oleh produk anyaman, sehingga tak heran anyaman bisa masuk ke berbagai segmen pembeli.
Di kesempatan yang sama, Direktur Pengembangan UMKM dan Perlindungan Konsumen Bank Indonesia (BI) Elsya Chani menyatakan, proses melakukan ekspor memang tidaklah mudah bagi UMKM secara individual. Itu mengapa diperlukan peran dari perusahaan atau lembaga besar sebagai agregator untuk hadir membantu.
“Ada kompleksitas dalam ekspor, maka dibutuhkan bantuan dari semua pihak agar ekspor UMKM berjalan baik. Dan yang paling penting adalah kurasi, literasi, dan pendampingan UMKM sebelum mampu melakukan ekspor secara mandiri,” kata Elsya.
Di satu sisi, BI juga telah meluncurkan BI Fast yang membuat tarif transfer antar bank menjadi sangat murah hanya dipatok seharga Rp 2.500 per transaksi. Di mana salah satu tujuannya adalah mendorong UMKM tak ragu lagi untuk go digital dengan melakukan pembayaran melalui QRIS.
(NDA)