IDXChannel - Anak Usaha Bukalapak, Buka Mitra Indonesia mencatat pertumbuhan mitra grosir lebih dari tiga kali lipat dalam beberapa tahun terakhir, menjadi 14,2 juta warung. Jumlah ini meningkat seiring pertumbuhan ritel di perkotaan.
CEO Buka Mitra Indonesia Howard Gani menyatakan, di tahun 2019 sebanyak 3.4 juta pelaku UMKM terdaftar sebagai Mitra Bukalapak. Di 2022, jumlahnya naik secara signifikan ke 14.2 juta. Saat ini, mitra Bukalapak tersebar di lebih dari 200 kota di Indonesia.
"Secara potensi masih cukup besar, karena kalau kita hitung jumlah UMKM mencapai 64 juta," kata Howard di Bandung, Senin (22/8/2022).
Lebih lanjut, riset Nielsen yang dilakukan pada Juni 2021 terhadap 3.000 warung dan kios pulsa menemukan bahwa Mitra Bukalapak merupakan digital enabler terbesar di Indonesia dengan 42% market share di pasar online to offline (o2o).
Atas kinerja yang baik ini, di kuartal kedua tahun 2022, Mitra Bukalapak berkontribusi sebanyak 55% terhadap revenue Bukalapak. Bukalapak juga terus melakukan penetrasi di perkotaan tier dua dan tiga.
Mitra Bukalapak sendiri merupakan lini bisnis o2o milik Bukalapak dengan perkembangan yang positif, sekaligus penggerak utama pertumbuhan perusahaan. Di kuartal kedua tahun ini, Mitra Bukalapak berkontribusi terhadap 48% Total Processing Value (TPV) Bukalapak.
TPV Mitra Bukalapak sendiri bertambah sebesar 25% menjadi Rp17,7 triliun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya dan pada 1H22 tumbuh sebesar 46% menjadi Rp35 triliun dari periode yang sama pada tahun lalu.
Pada akhir Juni 2022, sebanyak 14,2 juta pemilik warung dan UMKM lainnya dari seluruh Indonesia terdaftar sebagai Mitra Bukalapak, yang merupakan peningkatan dari 11,8 juta pada akhir Desember 2021.
Salah satu anggota komunitas Jawara asal Bandung, Irman, menyampaikan bahwa keputusannya untuk bergabung sebagai Mitra Bukalapak di tahun 2018 didorong oleh keinginannya untuk mengurangi resiko kehilangan pendapatan saat harus menutup warungnya ketika berbelanja stok barang.
Irman bercerita dulu kerap harus melayani pelanggannya secara manual, termasuk dalam pembelian produk virtual seperti pulsa dan token listrik. Hal ini dirasanya cukup memakan waktu.
“Dulu saya bisa mendapat sekitar Rp50 juta sampai Rp60 juta per bulan. Sekarang, dengan jualan produk-produk virtual dan barang kebutuhan sehari-hari, saya bisa dapat sampai Rp200 juta per bulan”, ucapnya.
(DES)