Dengan situasi yang semakin memburuk tersebut, menurut Szijjártó, negara-negara besar yang diharapkan dapat tampil sebagai penengah dan mengajukan solusi, saat ini justru sibuk dengan narasi politiknya masing-masing dan tidak lagi bersikap atas dasar kedamaian global.
"Isu globalisasi telah dijadikan alat oleh negara-negara besar untuk mempromosikan narasi politik mereka sendiri dengan pendekatan yang sangat agresif. Mereka tidak lagi bergerak untuk kepentingan global," keluh Szijjártó.
Karenanya, meski secara sepintas perang hanya diikuti oleh dua negara yang saling berhadapan, namun Szijjártó menilai bahwa situasi saat ini tak ubahnya telah memasuki fase awal Perang DIngin 2.0. Sementara Hungaria dan negara-negara Eropa Tengah diklaimnya menjadi pihak yang paling dirugikan.
"Mungkin tak banyak yang berani menyatakan, namun tak diragukan lagi, bagi kami situasi saat ini merupakan awal dari Perang Dingin 2.0, dan kami yang berada di tengah-tengah blok hanya menjadi pihak pecundang, karena selalu kalah dalam konfrontasi dengan kedua blok berseteru," tegas Szijjártó. (TSA)