Ngotot Menunda Kenaikan Suku bunga
Gubernur BOJ Haruhiko Kuroda mengatakan bahwa bank sentral dapat menunda kenaikan suku bunga atau mengubah pedoman kebijakan dovish selama bertahun-tahun.
"Sama sekali tidak ada perubahan pada sikap kami untuk mempertahankan kebijakan moneter yang mudah untuk saat ini. Kami tidak akan menaikkan suku bunga untuk beberapa waktu," kata Kuroda mengutip reuters.
Keputusan BOJ ini datang setelah The Fed menaikkan suku bunga ketiga kalinya berturut-turut sebesar 75 basis poin pada Rabu (13/9) dan mengisyaratkan kenaikan yang lebih besar ke depan.
Jepang menjadi lone wolf di antara negara ekonomi utama dunia dengan mempertahankan suku bunga jangka pendek di titik terendah.
Sebelumnya, Swiss National Bank ikut menaikkan suku bunga kebijakannya sebesar 75 basis poin. Keputusan bank sentral Swiss ini mengakhiri era suku bunga negatif selama bertahun-tahun yang bertujuan untuk menjinakkan apresiasi mata uangnya.
Senjata Pamungkas
Jepang belum pernah melakukan intervensi seekstrem ini pasca krisis keuangan Asia yang terjadi pada tahun 1998. Ketika itu, mata uang yen diperdagangkan di sekitar 146 terhadap dolar. Langkah tersebut terjadi di akhir jam perdagangan Asia, membuat dolar jatuh lebih dari 2% menjadi sekitar 140,3 yen.
Intervensi mata uang ini disebut sebagai senjata paling kuat dan pilihan terakhir untuk menahan penurunan yen yang cukup tajam dan diharapkan mendorong naiknya biaya impor dan berpotensi merugikan konsumsi.
Intervensi pembelian yen sangat jarang terjadi. Terakhir kali Jepang melakukan intervensi untuk mendukung mata uangnya adalah pada tahun 1998, ketika krisis keuangan Asia memicu aksi jual yen dan arus keluar modal yang cepat dari wilayah tersebut. Sebelum itu, Tokyo melakukan intervensi untuk melawan kejatuhan yen pada 1991-1992.
Dalam intervensi penjualan yen, Jepang dapat terus mencetak uang untuk dijual ke pasar. Tetapi untuk membeli, bank sentral perlu memanfaatkan USD1,33 triliun cadangan devisanya. Meskipun berlimpah, cadangan devisa ini dapat dengan cepat berkurang jika digunakan jumlah besar untuk mempengaruhi suku bunga.
"Intervensi mata uang Jepang pertama dalam hampir seperempat abad adalah langkah yang signifikan, tetapi pada akhirnya gagal untuk mempertahankan yen," kata Ben Laidler, ahli strategi pasar global di Etoro di London.
Indonesia juga pernah menerapkan kebijakan intervensi rupiah di saat krisis 1998. Sejak dilepaskannya pita intervensi, rupiah bergejolak tajam dan mengalami tekanan yang lebih besar dibandingkan valuta-valuta lainnya di kawasan Asia.
Nilai rupiah terus melemah terhadap dolar AS, yaitu terdepresiasi sekitar 70 persen, dari Rp2.530,00 menjadi Rp8.500,00 pada akhir Maret 1998. Rupiah bahkan sempat terpuruk hinga titik terendah yaitu Rp16.000,00 di pasar Jakarta dan Rp17.000,00 di pasar Singapura. (ADF)