Wayan tak hanya membuka TPA di atas lahan pribadinya, ia pun turut memulung sampah untuk dipilah-pilah. Wayan juga kerap mengajak putrinya untuk memilah sampah di TPAnya setiap pagi sebelum ia bertugas ke kantor polsek.
Alasan Wayan membuka TPA di atas lahan pribadinya adalah karena TPA milik Pemkab Buleleng di desa lain telah penuh. Ia berinisiatif untuk menggunakan lahannya sebagai TPA agar para pemulung tetap dapat mencari rezeki.
Seiring waktu berjalan, truk-truk sampah dari desa-desa lain mulai berdatangan untuk membuang sampah di TPA milik Wayan. Ia hanya memasang tarif Rp25.000 per hari untuk pembuangan sampah di TPA miliknya.
“Kebetulan ini supaya saya ada pekerjaan, selain itu masyarakat sekitar sini juga mau bekerja sama,” tuturnya.
Bripka Seladi
Cerita kedua datang dari Brigarir Kepala Seladi. Kisah inspiratif tentang Seladi dan pekerjaan sampingannya tayang pada 2016. Saat itu, Seladi bertugas di Satpol Lalu Lintas Polres Malang. Kini, ia telah purna tugas.