sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Cerita Inspiratif Guru Ngaji di Desa, dari Polisi hingga Rela Tak Dibayar

Inspirator editor Shifa Nurhaliza Putri
26/02/2023 09:58 WIB
Cerita inspiratif guru ngaji di desa berikut ini tentunya akan membuat Anda sadar betapa pentingnya pendidikan terkait agama untuk buah hati Anda.
Cerita Inspiratif Guru Ngaji di Desa, dari Polisi hingga Rela Tak Dibayar. (Foto: Cerita Inspiratif Guru Ngaji di Desa)
Cerita Inspiratif Guru Ngaji di Desa, dari Polisi hingga Rela Tak Dibayar. (Foto: Cerita Inspiratif Guru Ngaji di Desa)

IDXChannel - Cerita inspiratif guru ngaji di desa berikut ini tentunya akan membuat Anda sadar betapa pentingnya pendidikan terkait agama untuk buah hati Anda dan betapa berjuangnya para guru hebat ini bertahan dalam kehidupannya.

Guru ngaji adalah orang yang sangat berjasa bagi kita dalam mempelajari Islam. Guru ngaji tentunya mengajarkan bagaimana membaca Quran, memahaminya dan mengamalkannya. Tidak hanya terbatas pada Al Quran, ketika kita mempelajari Al Quran kita juga terbiasa mempelajari semua ilmu Islam.

Kehadiran para guru ngaji di sekitar kita adalah suatu keharusan bagi umat Islam. Namun pekerjaan mengajarkan Al Quran tidaklah mudah. Untuk itu, yuk simak beberapa cerita inspiratif guru ngaji di desa yang bisa menjadi inspirasi untuk Anda:

Cerita Inspiratif Guru Ngaji di Desa

1. Mengajar Gaji Modal Ikhlas, Tanpa Mematok Bayaran
Mengabdi sebagai guru ngaji selama puluhan tahun, Rohyatun (40 tahun) telah banyak mengalami suka dan duka. Ustazah Iroh mulai mengajar mengaji pada tahun 1990-an, awalnya sebagai murid di Taman Pendidikan Al Quran (TPQ) kemudian ditawari untuk mengajar oleh gurunya karena kekurangan guru. 

Dari situ akhirnya bekerja sebagai guru di TPQ di Desa Sidaharja, Kecamatan Suradadi, Provinsi Tegal hingga sekarang. Di TPQ, dia mengajar dari jilid 1 sampai jilid 4 dan kelas Quran. Tidak hanya mengajar mengaji di TPQ, saat di Iroh juga tetap mengajar atau membuka kelas mengaji di malam hari. Sekitar 15 anak membaca Alquran di rumahnya, jilid 2-4 dan Alquran.  

Karena itu bagian dari hidupnya, jadi dia hidup dan menikmatinya. Melihat siswa yang tidak bisa membaca Alquran menjadi bisa, Iroh mengaku senang untuknya. Meski hasilnya seadanya, meski mengajar dengan ikhlas tanpa nilai, Ustazah Iroh mengaku senang dan tetap enjoy melakukan apa yang dilakukannya hingga saat ini. 

Halaman : 1 2
Advertisement
Advertisement