UNTR saat itu merugi karena nilai tukar mata uang asing yang melemah, namun Lo Kheng Hong yakin bisnis UNTR akan kembali pulih seiring perbaikan ekonomi. Sebab UNTR memiliki fundamental yang bagus, tata kelola usahanya pun dianggap sehat.
Benar saja, selang enam tahun kemudian, harga UNTR melonjak hingga menyentuh level Rp15.000-an per lembar saham. Otomatis nilai investasi Pak Lo tumbuh ribuan persen, dan ia berhasil mencatatkan keuntungan puluhan miliar.
Masih ada cerita kesuksesan investasi Pak Lo di saham lain, yakni pada emiten bernama PT Multibreeder Adirama Indonesia Tbk (MBAI), yang saat itu masih beroperasi sebagai entitas terpisah dari induk usahanya, yakni PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA).
MBAI adalah perusahaan yang bergerak di bidang pembibitan ayam. Dilansir dari blog Lukas Setia Atmaja, Pak Lo membeli saham MBAI sebanyak 6,2 juta lembar, dibelinya seharga Rp250 per saham.
Saat itu, menurut Pak Lo, dilihat dari angka PER-nya, harga MBAI sudah sangat murah. Namun tak banyak investor melirik, pemegang sahamnya malah menjual kepemilikannya beramai-ramai karena waktu itu tengah terjadi wabah flu burung.