Dari situ, ia nekat menulis surat untuk Presiden Soeharto, meminta sang presiden untuk membelikannya sepatu, seragam, dan tas. Tak disangka-sangka, suratnya dibalas dan ia mendapatkan beasiswa tiap bulan langsung dari Kemendikbud.
“Saya sukanya belajar, yang saya tonton waktu itu Dunia Dalam Berita. Saya pengin beli buku dan segala macam, tapi tidak tega minta uang ke ibu,” katanya.
Kenekatan Bram tak sampai situ, ia juga pernah nekat mengirim surat ke radio Australia untuk dikirimi buku-buku berbahasa Inggris. Saat itu ia tengah tekun mempelajari bahasa Inggris. Ia belajar dari menonton tanpa subtitle, mendengar radio di rumah tetangga, dan membaca.
Ia percaya dengan jalur pendidikan, ia bisa mengangkat derajat keluarganya. Benar saja, prestasinya terus meningkat, dan Bram berhasil lolos untuk mendapat beasiswa di luar negeri untuk belajar akuntansi.
Ia sempat bekerja juga di Australia, untuk membiayai keluarga dan sekolah lanjutannya di manajemen perhotelan. Ia melanjutkan studi di Jerman dan Swiss. Selulusnya dari sekolah perhotelan, ia sempat bekerja di Amerika dan Inggris.