Pabriknya juga tidak pernah berhenti beroperasi. Joko tidak hanya mengolah daging ayam menjadi bakso. Pabriknya juga memproses daging sejak awal. Mulai dari pencabutan bulu, pemotongan daging, hingga ke pengolahan daging.
Joko juga memiliki tempat pemeliharaan ayam sementara dan cold storage sendiri untuk menyimpan stok daging. Dalam satu hari, pabriknya bisa memproses pemotongan dua kali, dengan jumlah 600 ayam induk dan ayam broiler 1.000 ekor.
Berkat kerja kerasnya selama berpuluh-puluh tahun, saat ini pabriknya bisa mencatatkan pendapatan hingga Rp70 juta dalam satu hari operasi. Saat lebaran, pabrik Joko bahkan bisa menghasilkan Rp250 juta hingga Rp300 juta dalam sehari.
Bisnisnya yang berkembang dalam tiga dekade lebih ini, sempat dikira diperoleh dengan cara-cara yang tidak halal. Padahal bisnis ini dikembangkannya selama 38 tahun, bukan waktu yang sebentar untuk membangun usaha yang sustainable.
Joko adalah contoh pebisnis yang sukses mengembangkan usahanya dari nol, dengan proses yang sama sekali tidak instan, dan beberapa kali goyah karena salah perhitungan. Namun Joko pantang menyerah dan terus mempertahankan usaha ayam dan produksi baksonya.
Itulah cerita sukses dari berjualan bakso yang menarik untuk disimak.
(Nadya Kurnia)