sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Deretan Taipan Paling Dermawan di Asia, Ada Dua dari Indonesia

Inspirator editor
30/11/2023 20:10 WIB
Daftar Forbes menyoroti sejumlah taipan dermawan di Asia pasifik, yang beberapa tahun terakhir ini menunjukkan komitmennya untuk berdonasi. 
Deretan Taipan Paling Dermawan di Asia, Ada Dua dari Indonesia
Deretan Taipan Paling Dermawan di Asia, Ada Dua dari Indonesia

IDXChannel - Daftar tahunan Forbes ke-17 menyoroti sejumlah taipan dermawan di Asia pasifik, yang beberapa tahun terakhir ini menunjukkan komitmennya untuk berdonasi. 

Beberapa taipan tersebut rutin menyumbangkan uangnya dalam jumlah besar ke yaysan filantropi mereka. Bahkan, dalam daftar Forbes ada dua taipan asal Indonesia, siapa mereka?
 
Berikut 15 deretan taipan paling dermawan di Asia Pasifik berdasarkan daftar Forbes, dikutip Kamis (30/11/2023):

1. Andrew dan Nicola Forrest (Australia)

Andrew dan Nicola Forrest menyumbangkan hampir 20% saham mereka di Fortescue Metal Group senilai USD3,3 miliar atau Rp51,1 triliun ke cabang filantropi mereka, Minderoo Foundation pada Juni 2023.

Adapun pengalihan sebanyak 220 juta lembar saham perusahaan mereka dilakukan sebulan sebelum mereka bercerai, menjadi sumbangan terbesar dalam sejarah negara dan meningkatkan dana abadi Minderoo menjadi 7,6 miliar dolar Australia atau Rp78,2 triliun.

Pada Oktober, Minderoo memberikan donasi sebesar 10 juta dolar Australia kepada warga yang terdampak konflik di Gaza. Sementara sejak Februari 2022, Minderoo telah menyumbangkan 14 juta dolar AS ke Ukraina untuk mengamankan penyimpanan biji-bijian dan lainnya.

Pasangan ini mengungkapkan perceraian mereka tidak berdampak pada bisnis dan yayasan bersama. Mereka menjadi warga Australia pertama yang menandatangani Giving Pledge pada 2013.

2. Takemitsu Takizaki (Jepang)

Pendiri perusahaan pembuat sensor Keyence ini memberikan 7,45 juta saham senilai USD2,6 miliar kepada Keyence Foundation miliknya pada tahun lalu. Sebelumnya, dia telah menyumbangkan 3,65 juta saham pada 2020 senilai 164 miliar yen.

Yayasan ini dibangun sejak 2018, memberikan dana sebesar 100.000 yen kepada mahasiswa Jepang dan internasional untuk menempuh pendidikan di Jepang selama empat tahun. Yayasan ini memilih sekitar 600 penerima berdasarkan prestasi akademis, kebutuhan keuangan, dan esai mereka.

Beasiswa lain diberikan kepada mahasiswa yang terdaftar, dengan bantuan sebesar 300.000 yen kepada 2.000 mahasiswa setiap tahunnya.

3. He Xiangjian (China)

He Xiangjian merupakan pendiri perusahaan pembuatan peralatan Midea Group yang terdaftar di bursa Shenzhen. Pada Mei, dia menyumbangkan 3 miliar yuan untuk mendukung penelitian ilmiah di China.

Melalui He Science Foundation, dia mendukung para ilmuwan untuk bekerja di berbagai macam bidang, terutama sebagai pendorong pertumbuhan untuk mengimbangi perlambatan ekonomi.

Pada 2013, dia mendirikan yayasan swasta untuk mendukung pendidikan, perawatan lansia, dan pengentasan kemiskinan. Pada 2017, dia menyumbangkan uang tunai dan 100 juta saham Midea yang memiliki nilai pasar 4,3 miliar yuan. 

He Foundation telah menyumbangkan 2,2 miliar yuan untuk berbagai tujuan, diantaranya Hetai Elderly Center di Shunde.

4. Vikrom Kromadit (Thailand)

Vikrom Kromadit, pendiri dan ketua operator kawasan industri Amarta Corp. yang telah terdaftar di bursa saham Bangkok. Dia menandatangani surat wasiat pada ulang tahunnya ke-70 dan menyumbangkan 99% asetnya kepada Amarta Foundation. 

Aset Vikrom diperkirakan bernilai miliaran bath, termasuk saham Amarta senilai 7,5 miliar baht. Sebelumnya dia menyumbangkan asetnya lebih dari 2 miliar baht kepada yayasan yang didirikannya pada 1996.

Yayasan tersebut memberikan beasiswa kepada sekolah menengah dan perguruan tinggi berdasarkan prestasi akademis untuk siswa yang kurang mampu. Dia juga memberikan hibah untuk mempromosikan sastra Thailand.

5. K. P. Singh (India)

Ketua DLF emeritus ini menjual sisa saham langsungnya di pengembangan properti untuk mendanai kegiatan filantropi. Dia mengumpulkan 7,3 miliar rupee dari pelepasan 0,59% sahamnya di DLF.

Dia meluncurkan KP Singh Foundation pada 2020 setelah sebelumnya mendirikan K.P Singh Foundation Trust dan K.P. Singh Charitable Foundation.

Singh mengundurkan diri sebagai ketua DLF pada 2020 setelah menjadi ketua sejak 1961. Dia terkenal karena mengubah Gurugram, kota di pinggiran Delhi menjadi perkantoran kelas dunia.

6. Low Tuck Kwong (Indonesia)

Taipan asal Indonesia ini memberikan USD101 juta kepada Sekolah Kebijakan Publik Lee Kuan Yew di Universitas Nasional Singapura pada Februari. 

Donasi tersebut digunakan untuk mendanai program kepemimpinan dalam pembuatan kebijakan dan pelayanan publik. Tujuannya untuk mendidik pejabat publik dan siswa di wilayah tersebut untuk membangun kolaborasi antara Singapura, Indonesia, dan negara lainnya.

Pendiri perusahaan batu bara Bayan Resources yang terdaftar di Indonesia ini pada 2021 lalu mendonasikan Rp50 miliar sebagai dana beasiswa untuk Universitas Indonesia. Dia juga mengelola kebun binatang swasta di Kalimantan Timur.

7. Kwek Leng Beng (Singapura)

Kwek dan perusahaan real estate miliknya, City Developments mengumumkan dana abadi bersama senilai 24 juta dolar SIngapura kepada Singapore Institute of Technology (SIT) pada November. 

Dengan dana hibah dari pemerintah, total donasi berjumlah 60 juta dolar Singapura untuk membantu mendanai pembangunan gedung administrasi universitas yang akan diberi nama Menara Universitas Kwek Leng Beng.

Secara terpisah, dia menyumbangkan 720.000 dolar Singapura pada awal tahun ini untuk beasiswa bagi mahasiswa sarjana yang mempelajari bisnis perhotelan di SIT.

8. Ramon Ang (Filipina)

Pemegang saham pengendali San Miguel Corp. (SMC) pada tahun ini menyumbangkan USD9 juta untuk membangun sekolah bagi anak anak kurang mampu di Manila.

Ang mengubah perusahan pembuat bir dan makanan terbesar di negara itu menjadi konglomerasi yang terdiversifikasi di bidang perbankan, energi, utilitas, listrik, dan jalan tol.

Melalui RSA Foundation miliknya, dia secara pribadi menyumbangkan lebih dari 150 juta peso untuk beasiswa dan bantuan medis, sejak 2020. Secara terpisah yayasan San Miguel dari SMC menghabiskan lebih dari 1 miliar peso untuk membangun lima sekolah di wilayah Metro Manila.

Selain itu, dia juga menyumbangkan dana 14,8 miliar peso untuk bantuan selama Covid-19 dan mengalokasikan 3 miliar peso lainnya untuk membantu membersihkan sungai-sungai di kota tersebut.

9. Li Ka Shing (Hong Kong)

Li Ka Shing, orang terkaya di Hongkong menyumbangkan 60 juta dolar Hong Kong melalui yayasan Li Ka Shing miliknya pada September lalu. Donasi tersebut digunakan untuk mendukung penggunaan AI dalam pendidikan kedokteran di dua universitas.

Chinese University of Hong Kong (CUHK) dan University of Hong Kong (HKU) masing-masing menerima sekitar 30 juta dolar Hong Kong. HKU Mengganti nama sekolah kedokterannya menjadi nama miliarder tersebut setelah menyumbangkan 1 miliar dolar Hong Kong pada 2005.

Melalui yayasannya yang didirikan pada 1980, dia telah menyumbangkan dana lebih dari 30 miliar dolar Hong Kong, di mana sebagian besar disumbangkan untuk pendidikan dan perawatan kesehatan. 

10. Nandan Nilekani (India)

Salah satu pendiri raksasa teknologi Infosys ini menyumbangkan 3,2 miliar rupee kepada IIT Bombay, almamaternya pada Juni 2023.

Pada 1981, dia telah menyumbangkan 4 miliar rupe kepada lembaga tersebut sejak 1999. Pada tahun lalu, dia menyumbangkan dana tambahan sebesar 1,6 miliar ruppe untuk pendidikan. 

Dari jumlah tersebut, 996 juta rupe disumbangkan ke EkStep Foundation yang disalurkan selama 3 tahun, 664 juta rupe diberikan kepada Al4Bharat.

11. James Packer (Australia)

Miliarder James Packer dan Packer Family Foundation menyumbangkan 7 juta dolar Australia untuk mendukung penelitian kesehatan mental di UNSW Sydney. Dana tersebut akan digunakan untuk mempelajari gangguan kesehatan mental seperti bipolar.

Packer mengundurkan diri dari dewan Crown Resort dan Dewan perusahaan investasi keluarganya, Consolidated Press Holdings karena kesehatan mental.

Pada 2014, Packer dan saudara perempuannya Gretel menjanjikan masing-masing 100 juta dolar Australa dari yayasan keluarga dari badan film Filantropi Crown selama 10 tahun untuk mendukung organisasi seni, pendidikan adat, dan inisiatif komunikasi lainnya.

12. Graeme Hart (Selandia Baru)

pemilik Rank Group, Graeme Hart, dan istrinya, Robin menyumbangkan 6,5 juta dolar Selandia Baru untuk membantu memperluas unit perawatan intensif anak Starship Children Hospital di Auckland pada Juni. Donasi tersebut akan digunakan untuk membeli ruangan dan peralatan canggih serta mendukung pendidikan dan pelatihan staf.

Pada 2018, Hart dan istrinya menyumbangkan 10 juta dolar Selandia Baru ke Universitas Otago untuk membantu mendanai sekolah kedokteran gigi.

13. Eddy Kusnadi Sariatmadja (Indonesia)

Pengusaha media Eddy Kusnadi Sariaatmadja, pemilik yayasan karya Alpha Omega memberikan operasi Katarak gratis bagi ribuan masyarakat Indonesia setiap tahunnya serta perbaikan hernia dan bibir sumbing selama lebih dari satu dekade.

Tahun ini, dia menjanjikan dana Rp62 miliar untuk membangun pabrik pembuat lensa buatan guna memulihkan penglihatan pasien katarak. Yayasan tersebut juga melakukan penggantian peralatan oftalmologi senilai hampir Rp4,8 miliar di RSCM Kirana.

Sejak didirikan yayasan ini memberikan operasi katarak gratis kepada hampir 20.000 pasien, operasi hernia untuk 1.000 pasien, dan hampir 400 pasien operasi bibir sumbing, serta pengobatan gratis untuk 300.000 pasien di seluruh Indonesia.

Pada 2010, dia menyumbangkan dana sebesar Rp10 miliar untuk dana abadi Institut Teknologi Bandung (ITB).

14. Nikhil Kamath (India)

Nikhil Kamath merupakan miliarder termuda asal India. Salah satu pendiri proker diskon online, Zerodha, ini sangat tertarik dengan perubahan iklim, energi, pendidikan, dan kesehatan, serta misi yayasan untuk menciptakan masyarakat yang lebih adil.

Serial podcast YouTube Kamath mendonasikan 10 juta rupee kepada badan amal yang dipilih oleh penonton. Sejauh ini, penerimanya mencakup dua organisasi berbasis Bangalore, satu organisasi mendukung pendidikan anak usia dini dan organisasi kesehatan mental.

Dia berencana meningkatkan donasinya hingga 40 juta rupee.

15. Adrian Cheng (Hong Kong)

Pada 2021, CEO New World Development Adrian Cheng mendirikan WEMP Foundation yang didedikasikan untuk meningkatkan kesehatan mental anak-anak kurang mampu. Lebih dari 16.000 anak terbantu menurut yayasan tersebut.

WEMP, yang merupakan singkatan dari wellbeing, emotional intelligence, mental health and parenting atau kesejahteraan, kecerdasan emosional, kesehatan mental dan pengasuhan anak, ini mendanai seminar dan lokakarya yang bertujuan untuk membantu anak-anak mengekspresikan perasaan mereka dengan lebih baik serta mengajarkan keterampilan mengasuh anak yang positif kepada orang tua. 

“Tujuan saya adalah untuk mengubah model filantropi tradisional dan memberikan dampak langsung pada masyarakat,” kata Cheng.

(RNA)

Halaman : 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Advertisement
Advertisement