"Menciptakan sesuatu yang baru dari sesuatu yang jika tidak akan tergeletak di suatu tempat sebagai limbah adalah bagian dari motivasi," kata Runsewe kepada Reuters, awal Oktober lalu, dikutip Selasa (19/10/2021).
Menurutnya, pabrik itu mampu menciptakan seluruh rantai nilai di sekitar ban. Kebutuhan ban bekas Freetown dipasok oleh para pemulung. Mereka membeli sebuah ban bekas dengan harga USD0,17 hingga USD0,24 atau Rp2.400 sampai Rp3.400.
Freetown mulai beroperasi pada tahun 2020 dengan hanya empat karyawan, dan pertumbuhannya sangat pesat sehingga tenaga kerja melonjak menjadi 128 orang. Sejauh ini, dengan fasiltas pabrik senilai USD5 juta, lebih dari 100.000 ban telah didaur ulang menjadi barang-barang yang lebih berdaya guna.
(SANDY)