sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Kisah Howard Schultz, CEO Starbucks yang Pernah Jadi Loper Koran

Inspirator editor Rizki Setyo Nugroho
27/07/2022 14:17 WIB
Mungkin banyak yang belum mengetahui kisah Howard Schultz yang saat ini menjabat sebagai CEO dari perusahaan kopi Starbucks
Kisah Howard Schultz, CEO Starbucks yang Pernah Jadi Loper Koran (Foto: MNC Media)
Kisah Howard Schultz, CEO Starbucks yang Pernah Jadi Loper Koran (Foto: MNC Media)

Setelah lulus dari perkuliahan, Schultz mengawali kariernya di sebuah pondok ski yang terletak di Michigan selama satu tahun. Lalu, dirinya melanjutkan pekerjaannya dengan berpindah ke New York City sebagai seorang Salesman untuk perusahaan Xerox. Ia lalu direkrut oleh sebuah perusahaan peralatan dapur bernama PAI Partners pada 1979 sebagai General Manager di salah satu anak perusahaannya, Hammarplast. 

Saat bekerja di Hammarplast, Howard Schultz bertanggung jawab untuk manufaktur mesin kopi. Pada 1981, Ia mengunjungi Perusahaan Kopi Starbucks di Seattle, Washington untuk memenuhi permintaan kebutuhan filter kopi mereka. 

Seperti yang diketahui bahwa Starbucks merupakan sebuah perusahaan kopi yang besar. Ia kemudian diterima kerja di Starbucks untuk menjadi Direktur Operasi Ritel dan Pemasaran pada 1982. 

Setelah bekerja selama satu tahun, Schultz dikirim ke Italia untuk belajar cara membuat resep kopi Italia.  Di sana, dia melihat begitu banyak kedai di pinggir jalan yang menyajikan kopi. Para pengunjungnya juga betah untuk duduk lama walau hanya meminum secangkir kopi.

Keluar dari Starbucks

Saat berada di Italia, Schultz melihat banyak kedai kopi di pinggir jalan yang memiliki banyak pelanggan yang betah untuk duduk berlama-lama walaupun hanya memesan satu cangkir kopi. Hal ini kemudian membuatnya berpikir bahwa konsep yang dibawa oleh Starbucks harus diubah, bukan hanya menjadi tempat menjual kopi, namun juga menjadi sebuah kafe yang nyaman bagi para pengunjung. 

Sayangnya, ide tersebut ditolak dan Ia memutuskan untuk keluar dari Starbucks. Sekeluarnya dari perusahaan tersebut, Schultz berencana untuk membuka kedai kopinya sendiri pada 1968. Kedai tersebut diberi nama Il Giornale yang menggunakan konsep kedai kopi Italia dengan alunan musik opera yang menggaung sebagai latar belakangnya. 

Tidak disangka, bisnis miliknya bahkan bisa menyaingi Starbucks. Setelah dua tahun berselang, manajemen Starbucks memutuskan untuk fokus ke Peet’s Coffee & Tea dan menjual ritel Starbucks kepada Schultz dan Il Giornale sebesar USD3,8 juta atau setara dengan Rp57 miliar. 

Halaman : 1 2 3
Advertisement
Advertisement