Pada Zaman Taisho, jam saku masih sangat populer dan jenis jam tangan masih sangat sedikit yang di impor ke Jepang. Sampai Kintaro bertekad akan membuat jam tangan pertama di Jepang.
Sampai pada 1913 ia berhasil dan Laurel diproduksi. Awalnya mereka hanya bisa membuat 30-50 jam tangan sehari, tapi Kontaro sudah memimpin produsen lainnya.
Sebuah gempa besar Kanto melanda tahun 1923, kantor pusat perusahaan dan pabrik Seikosha terbakar habis. Namun meski demikian, tepat setelah gempa perusahaan mampu bangkit dan berhasil membuat jam tangan baru dan mulai dijual pada 1924.
Jam tangan tersebut merupakan pertama kalinya membawa nama Seiko dan memperkenalkan merk tersebut pada dunia. Pada 1929 jam saku Seiko ditunjuk sebagai jam tangan kereta api, Seiko berperan menjadi supplier resminya.
Lalu tahun 1932, Seiko membangun Wako Clock Tower yang menjadi wajah akrab Ginza. Bangunan ini diadopsi dari gaya yang disebut neo-renaisans. Pada hari pertandingan Olimpiade Tokyo dibuka, Seiko berfungsi sebagai timer resmi Olimpiade ke-18, Tokyo dan sudah siap dengan 1278 alat pengatur waktu.