Perlahan-lahan usaha itu berkembang. Ezy makin sering menerima klien besar. Tak tanggung-tanggung, brand besar semacam Toyota, BMW, Honda, Mercedes-Benz, dan sebagainya.
Hilmy dan timnya paling banyak dan cukup sering menerima klien dari Bali. Omzet per bulannya bisa mencapai Rp100 jutaan, namun Ezy pernah mendapatkan nilai kontrak tertinggi mencapai Rp1 miliar.
Ezy juga pernah menerima klien dari luar negeri, misalnya China dan Pakistan. Meskipun tinggal di desa, namun pemikiran harus global, begitu prinsip Hilmy. Kerjaan di desa, gaji kota besar.
Saat merintis Ezy, tentu saja Hilmy pernah ditolak. Dia pernah ditolak klien hanya karena laptop yang digunakannya merek jadul, padahal Hilmy dan timnya mampu mengerjakan tugas yang diminta. Dari situlah, Hilmy membekali timnya dengan laptop-laptop terbaik.
Dalam berbisnis, Hilmy memegang prinsip ‘There is no free lunch' atau 'Tidak ada makan siang gratis.' Ada harga yang harus dibayar untuk mengejar kesuksesan. Entah dari segi tenaga yang terkuras hingga sakit, waktu bersama keluarga yang berkurang, dan jam tidur yang berkurang drastis.