Pilihannya jatuh pada berjualan makanan. Dia mencari lahan di pinggir jalan di Bendungan Hilir dan menyewa lapak seluas 1x1 meter seharga Rp3.000, namun saat itu dia belum pandai memasak.
Bustaman lantas belajar sembari berjualan. Omzet pertamanya tentu tidak langsung memuaskan, saat itu dia hanya mampu menghasilkan Rp425, padahal modal usahanya mencapai Rp13.000 secara total.
Dia juga masih berutang beras, minyak goreng, dan beberapa kebutuhan lain kepada tetangganya. Parahnya lagi, hasil jerih payahnya berjualan itu pun dibawa kabur oleh pembantu barunya.
Namun Bustaman tidak menyerah, dia terus berjualan makanan. Sampai akhirnya dia belajar memasak dengan resep lain dari seorang pedagang masakan yang juga berasal dari Sumatera. Dengan menu baru itulah, Bustaman mulai berhasil mendatangkan konsumen.
Sayangnya, lapak usahanya itu digusur dan gerobaknya diangkut oleh Satpol PP saat ada penertiban kaki lima. Melansir Link UMKM BRI, Bustaman kembali berjualan namun warung harus dibuka di lahan yang disediakan pemerintah.