IDXChannel—Jajang Komar yang kini berusia 43 tahun merupakan penyandang disabilitas sensorik netra yang sudah menggeluti pengobatan tradisional refleksi selama 12 tahun. Di tengah keterbatasannya ini, ia mampu menata masa depannya.
Pria asal Garut, Jawa Barat ini sudah mengenal refleksi sejak 2002. Saat itu ia mengikuti sebuah pelatihan massage di Sentra Wyata Guna Bandung, salah satu UPT milik Kemensos. Ia sangat tekun setiap mengikuti pelatihan yang diselenggarakan selama setahun. Bahkan ia menjadi salah satu peserta yang berprestasi.
Pada 2004 ia memulai kariernya untuk pertama kalinya dengan bekerja di klinik pijat refleksi Indra Raba Bandung. Pada 2005 ia pindah klinik dan pada tahun 2008 ia bekerja di Klinik Pijat Jarima selama delapan tahun.
Dengan berbekal pengalaman dari beberapa tempat kerjanya, ia membuat ancang-ancang untuk mendirikan klinik pijatnya sendiri.
Pada 2016 ia keluar dari Jarima Pijat Refleksi dan ia mulai merasa siap untuk bisa mendirikan klinik pijatnya sendiri yang ia beri nama Klinik Pijat Tuna Netra Putra Mandiri dengan modal awal sebesar Rp25 juta.
Kemensos sangat mendukungnya dan memberinya beberapa bantuan perlengkapan pijat. Mulanya hanya satu karyawan yang ia punya, namun kini ia sudah memiliki enam orang karyawan.
Dilansir dari iNews.id (05/01) omzet perbulan yang Jajang dapat kurang lebih Rp10 juta, dan jam operasionalnya itu sejak pukul 08.00—21.00 WIB.
Jajang bahkan terus meningkatkan kualitas dirinya, saat ia bekerja ia juga sambil melanjutkan pendidikan S1 dengan jurusan Tarbiyah Pendidikan Agama Islam di STAI YAPATA Al Jawami yang berlokasi di Cileunyi.
Pada 2020 ia lulus dan Jajang juga mengikuti pelatihan komputer akuntansi di Sentra Wyata Guna Bandung selama 4 bulan. Pasca pelatihan ia diberikan bantuan laptop dari Sentra Wyata Guna Kemensos untuk bisa menunjang usahanya.
Setelah ia menerapkan ilmu yang ia dapat, pencatatan keuangannya jadi semakin rapi, sehingga tabungannya telah cukup untuk bisa membuka cabang klinik pijat refleksi di Bandung Barat dengan karyawan berjumlah tiga orang.
Saat itu di kala pandemi, ketika banyak usaha yang gulung tikar ia masih mampu untuk bertahan.
Selain senang karena banyak pelanggan yang datang ke kliniknya, Jajang juga merasa bahagia bisa merekrut teman-teman netra dan hal itu merupakan salah satu tujuan hidupnya. (NKK)
Penulis: Mila Pertiwi