“Saya hanya mengambil sekitar 17-25 persen, selebihnya biar konsumen saja yang menikmati,” tutur Gideon.
Padahal, dengan bisnis farmasi itu Gideon bisa mengambil margin keuntungan hingga 40 persen. Gideon mengaku tidak 100 persen mengorientasikan bisnis apoteknya pada profit, namun juga pada memudahkan masyarakat mendapatkan obat-obatan.
Tiga bulan pertama setelah apotek pertama dibuka, sambutan masyarakat memang belum terasa. Namun jumlah konsumen makin melonkak secara signifikan pada bulan keempat dan seterusnya.
Keberhasilan apotek pertama K-24 di Jalan Magelang itu memotivasi Gideon untuk mendirikan apotek dengan konsep serupa di tempat lain. Satu tahun kemudian, Gideon membuka dua outlet K-24 di Kaliurang dan Geyajan.
Sejak pendiriannya hingga saat ini, K-24 telah memiliki ratusan gerai apotek yang beroperasi di 24 provinsi dan 111 kota serta kabupaten di Indonesia. Melansir Apotek K-24, rata-rata dalam sebulan outlet K-24 mencatatkan transaksi 350-500 item obat.